LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR
ILMU TANAH
ACARA
III
DERAJAT
KERUT TANAH
Di susun oleh:
Nama : Triyanto Pamungkas
Nim : A1C112039
Kelompok : 2
Kelas : Agribisnis Paralel
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian
besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan
induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Secara
fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik,
udara dan air. Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut
tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain
itu bahan organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin
tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan
bahan organic. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi
karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air
sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga
menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanha juga
menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat,
tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai
aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Komposisi tanah berbeda-beda
pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari
tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempelajari ilmu tanah dan cara
untuk melestarikanya.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu
bahan organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
- Tujuan
Mengetahui
besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan
besarnya derajata kerut antar jenis tanah yang diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah
kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang
mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam
melangsungkan kehidupannya (Kohke,1968).
Komposisi
tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air danudara
merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mempelajariilmu tanah dan cara untuk melestarikannya.Tanah adalah susunan
butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satusama lain sehingga air
dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energy lebih tinggike titik yang
mempunyai enargi lebih rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-poritanah
diperlukan dalam mekanika. Hal ini sangat berguna didalam menganalisakestabilan
dari suatu bendungan tanah konstruksi dinding penahan tanah yang terkenagaya
rembesan (Kohke,1968).
Secara
fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahanorganic,
udara, dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan
fraksitanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya
sukar diolah,sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar
derajat kerutnya.Mengetahui derajat kerut suaty jenis tanah akan mempermudah
untuk kandungan bahanorganik dalam tanah tersebut.Sifat fisik tanah mempunyai
banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuaidengan kemampuan yang dibebankan
kepadanya kemampuan untuk menjadi keras danpenyangga. Kapasitas drainase dan
menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan
menahan retensi unsure-unsur hara tanaman.Semana erat hubungannya dengan
kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah meliputi warna,tekstur, konsistensi,
dan struktur tanah. (Hardjowigeno, S., 1992).
Tanah
mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat
ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik
tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,
maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori.
Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter
antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm
disebut bahan tanah halus (Kohnke, 1968).
Tanah
yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah,
mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang
banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan
sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Beberapa
jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering).
Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi
pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan
mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan
tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility).
(Hardjowigeno,2010)
Bahan
organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara
fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organic adalah bahan
pemantap agregat tanah.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK)
berasal dari bahan organik (Hakim, 1986).
Pisahan
lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih
dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan
yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan
dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung.
Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid.
Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan
umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama
berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika,
sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri
dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai
macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat
mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi
fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir
anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih
besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan
bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang
lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga
terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri
lempung (Soegiman, 1982).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
- Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum “ Derajat Kerut Tanah” adalah : botol semprot,
cawan porselin,solet, cawan dakhil, jangka sorong,dan lap pembersih. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah : contoh tanah halus (<0,mm)
- Prosedur Kerja
- tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot,lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
- pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
- cawan dakhil yang telah diisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan(diameter akhir).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
- Hasil Pengamatan
No
|
Jenis
tanah
|
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||||
1
|
Vertisol
|
Ø1
|
3,94
|
3,78
|
3,75
|
3,6
|
3,5
|
3,49
|
3,49
|
||
Ø2
|
4,1
|
3,7
|
3,65
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
||||
X
|
4,02
|
3,74
|
3,7
|
3,55
|
3,5
|
3,495
|
3,495
|
||||
2
|
Inseptisol
|
Ø1
|
3,84
|
3,8
|
3,75
|
3,65
|
3,65
|
3,62
|
3,62
|
||
Ø2
|
3,84
|
3,8
|
3,75
|
3,65
|
3,63
|
3,63
|
3,63
|
||||
X
|
3,84
|
3,8
|
3,75
|
3,65
|
3,64
|
3,625
|
3,625
|
||||
3
|
Ultisol
|
Ø1
|
3,65
|
3,52
|
3,43
|
3,4
|
3,34
|
3,3
|
3,25
|
||
Ø2
|
3,55
|
3,45
|
3,31
|
3,3
|
3,3
|
3,3
|
3,3
|
||||
X
|
3,6
|
3,485
|
3,37
|
3,35
|
3,32
|
3,3
|
3,275
|
||||
4
|
Andisol
|
Ø1
|
3,87
|
3,71
|
3,7
|
3,64
|
3,64
|
3,64
|
3,64
|
||
Ø2
|
3,94
|
3,91
|
3,91
|
3,89
|
3,84
|
3,74
|
3,73
|
||||
X
|
3,905
|
3,81
|
3,805
|
3,765
|
3,74
|
3,69
|
3,685
|
||||
5
|
Entisol
|
Ø1
|
3,53
|
3,51
|
3,44
|
3,33
|
3,3
|
3,3
|
3,3
|
||
Ø2
|
3,46
|
3,44
|
3,36
|
3,3
|
3,29
|
3,28
|
3,25
|
||||
X
|
3,495
|
3,475
|
3,4
|
3,315
|
3,295
|
3,29
|
3,275
|
DK = diameter
awal-diameter akhir x 100%
Diameter awal
- Tanah Vertisol
DKø1= 3,94-3,49
x 100% DKø2= 4,1-3,5 x 100% DKx = 4,02-3,495 x 100%
3,94 4,1 4,02
= 11,42%
= 14,63% = 13,05%
- Tanah Inseptisol
DKø1=3,84-3,62
x100% DKø2=3,84-3,63 x
100% DKx=3,84-3,625 x 100%
3,84 3,84 3,84
=5,72%
= 5,46% = 5,59%
- Tanah Ultisol
DKø1=3,65-3,25
x100% DKø2=3,55-3,33 x
100% DKx=3,6-3,275 x 100%
3,65 3,55 3,6
=10,95%
= 7,04% = 9,02%
- Tanah Andisol
DKø1=3,87-3,64
x100% DKø2=3,94-3,73 x100%
DKx=3,905-3,685 x100%
3,87 3,94 3,905
=5,94% = 5,32% =
5,63%
- Tanah Entisol
DKø1=3,53-3,3
x100% DKø2=3,46-3,25 x100%
DKx=3,495-3,275 x 100%
3,53 3,46 3,495
=6,51%
= 6,06% =
6,29%
No
|
Jenis
Tanah
|
Derajat
Kerut
|
1
|
Vertisol
|
13,05
%
|
2
|
Inseptisol
|
5,59
%
|
3
|
Ultisol
|
9,02
%
|
4
|
Andisol
|
5,63
%
|
5
|
Entisol
|
6,29
%
|
- Pembahasan
Tanah
vertisol untuk ulangan ke 1,awalnya 3,94. Pada pengamatan 2,yaitu 3,78.
Diameter selanjutnya mengalami penurunan diameter yang stabil. Dari 3,75
menjadi 3,6; 3,5;dan 3,49. Sementara pada ulangan ke 2, diameter ke 1 dan ke 2
4,1; 3,7 dan selanjutnya pada pengamatan ke 3,4 yaitu 3,65 dan 3,5. Rata-rata
tanah vertisol pada pengamatan 1-7=
4,02; 3,74; 3,7; 3,55; 3,5; 3,495.
Tanah
inseptisol, diameter ulangan 1 dari 3,84 menjadi 3,8;3,75;3,65 dan 3,62. Pada
ulangan 2 awalnya 3,84 menjadi 3,8; 3,75; 3,65;3,63. Sementara rata-rata kedua
ulangan tersebut = 3,84;3,8;3,75;3,65;3,64 dan 3,625.
Tanah
ultisol, ulangan 1 diameter awal 3,65 menjadi 3,52; 3,43; 3,4; 3,34; 3,3 dan
3,25. Pada ulangan 2 diameter awal 3,55 menjadi 3,45; 3,31 dan 3,3. Sementara
rata-rata kedua ulangan tersebut = 3,6; 3,485; 3,37; 3,35; 3,32; 3,3 dan 3,275.
Tanah
andisol, ulangan 1 diameter awal 3,87 menjadi 3,71; 3,7; 3,64. Sementara pada
ulangan 2 awalnya 3,94 menjadi 3,91; 3,89; 3,84; 3,74; 3,73. Rata-rata
pengamatan : 3,905; 3,81; 3,805; 3,765; 3,74; 3,69; 3,685.
Terakhir,
tanah entisol. Ulangan 1 awalnya 3,53 menjadi 3,51; 3,44; 3,33; 3,3. Sementara
pada ulangan 2 diameter awalnya 3,46 menjadi 3,44; 3,36; 3,3; 3,29; 3,28; 3,25.
Rata-rata kedua ulangan tersebut = 3,495; 3,475; 3,4; 3,315; 3,295; 3,29 dan
3,275.
Jadi,untuk
setiap tanah memiliki derajat kerut yang berbeda. Tergantung jenis tanah yang
di amati. Atau mungkin dalam pengukuran menggunakan jangka sorong tidak teliti,
atau terjadi kesalahan teknis.
Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan
mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air. Sedangkan tanah berat
adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi jelek,
lengket dan sulit dalam pengelolaannya. ( Farul,2011).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki
sifat yang berbeda-beda. Ada
jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila
kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi
pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan
mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan
tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau
PVC (Potential Volume Change = Swell index = index pengembangan). Istilah COLE
banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam
bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung dsb) (Hardjowigeno,2010).
Percobaan derajat kerut tanah, kami mendapat Jenis Tanah vertisol.
Pengamatan dilakukan pada 2 wadah yaitu cawan I dan cawan II yang berisi tanah
vertisol yang sebelumnya telah diolesi vaseline agar saat penjemuran tanah yang
mengkerut tidak menempel pada cawan. Dilakukan penjemuran di bawah sinar
matahari, dan diamati setiap 2 jam sekali. Dilakukan pengukuran sebanyak 4
kali. Pada cawan pertama setelah dihitung dengan rumus derajat kerut hasilnya
sebesar 1 %. Dan pada cawan kedua didapat hasil sebesar 9%.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada
tanah adalah Berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin
tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan
organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik
tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Puerwowidodo,1991).
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa masing-masing
jenis tanah mempunyai derajat kerut yang berbeda-beda. Hal tersebut disababkan
oleh beberapa faktor, yaitu berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut
tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain
itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Kohke,1968)
Susunan
mekanika tanah merujuk pada ukuran, bentuk, kerapatan dan kimiawi zarah tunggal
komponen padat mineral (Kohke, 1968).
Secara
kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilih menjadi 3 kategori. Yang
berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan
2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan
tanah halus (Kohke, 1968).
Pisahan
lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih
dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan
yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan
dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung.
Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid.
Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan
umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama
berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika,
sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri
dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai
macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat
mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah.
Dipandang
dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari
butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral
yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh
koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir
mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau
berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini
tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Beberapa
tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).
Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah.
Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorillonit yang tinggi (Sarwono, 1982).
Masing-masing
fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak
mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah
untuk merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan Secara fisik tanah
mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air.
Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik
secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1. Pasir (0,05 mm –
2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran
yang besar menyebabkan ruang pori
makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir
relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama
lain.
2. Debu (0,002 mm –
0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah
pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat
plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002
mm) yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila
dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengambang dan mengkerut yang
besar. (Sutanto,2005).
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad
hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.
Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman
dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik
yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.Berat ringannya tanah akan
menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin
besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah
berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka
derajat kerut tanah makin kecil. (Syarief,1989).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,
bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari
golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir
sifatnya sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin
besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan
mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organic dalam tanah tersebut.
(Syarief , 1989).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
Pada praktikum yang
telah kami lakukan maka dapat disimpulkan tanah inseptisol memiliki derajat
kerut yang lebih kecil dari tanah jenis yang lainnya yaitu 5,59, karena tanah
inseptisol banyak mengandung bahan organik yang menyebabkan tanah ini kurang
mengembang dan sedikit mengkerut. Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka
kandungan bahan organiknya semakin tinggi.
- Saran
Pada saat kita
melaksanakan praktikum harus bisa lebih teliti dan berhati-hati saat
menggunakan alat laboratorium yang ada. Dan cermat dalam penentuan angka
menggunakan jangka sorong.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno. S., 2010.Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Akademika Pressindo: Jakarta.
Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu
Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic.Tata Mc Graw- Hill Publishing.
Company Ltd : Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono.
1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah,
Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah .
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Konsep Kenyataan . Yogyakarta : Kanisius.Syarief, Saifuddin.1989. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.