Sabtu, 09 November 2013

Laporan Dasar Ilmu Tanah


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH

ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH
















Di susun oleh:


Nama           : Triyanto Pamungkas
Nim             : A1C112039
Kelompok   : 2
Kelas           : Agribisnis Paralel






KEMENTERIAN PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organic. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanha juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempelajari ilmu tanah dan cara untuk melestarikanya.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
  1. Tujuan
            Mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajata kerut antar jenis tanah yang diamati.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya (Kohke,1968).
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air danudara merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempelajariilmu tanah dan cara untuk melestarikannya.Tanah adalah susunan butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satusama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energy lebih tinggike titik yang mempunyai enargi lebih rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-poritanah diperlukan dalam mekanika. Hal ini sangat berguna didalam menganalisakestabilan dari suatu bendungan tanah konstruksi dinding penahan tanah yang terkenagaya rembesan (Kohke,1968).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahanorganic, udara, dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksitanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah,sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.Mengetahui derajat kerut suaty jenis tanah akan mempermudah untuk kandungan bahanorganik dalam tanah tersebut.Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuaidengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras danpenyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman.Semana erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah meliputi warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah. (Hardjowigeno, S., 1992).
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
            Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang  berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohnke, 1968).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility). (Hardjowigeno,2010)
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat tanah.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik (Hakim, 1986).
Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid. Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).






































BAB III
METODE PRAKTIKUM

  1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum “ Derajat Kerut Tanah” adalah : botol semprot, cawan porselin,solet, cawan dakhil, jangka sorong,dan lap pembersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah : contoh tanah halus (<0,mm)
  1. Prosedur Kerja
  1. tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot,lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
  2. pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
  3. cawan dakhil yang telah diisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan(diameter akhir).



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Pengamatan
No
Jenis tanah


Pengamatan ke :
 








1
2
3
4
5
6
7
1
Vertisol
Ø1
3,94
3,78
3,75
3,6
3,5
3,49
3,49


Ø2
4,1
3,7
3,65
3,5
3,5
3,5
3,5


X
4,02
3,74
3,7
3,55
3,5
3,495
3,495
2
Inseptisol
Ø1
3,84
3,8
3,75
3,65
3,65
3,62
3,62


Ø2
3,84
3,8
3,75
3,65
3,63
3,63
3,63


X
3,84
3,8
3,75
3,65
3,64
3,625
3,625
3
Ultisol
Ø1
3,65
3,52
3,43
3,4
3,34
3,3
3,25


Ø2
3,55
3,45
3,31
3,3
3,3
3,3
3,3


X
3,6
3,485
3,37
3,35
3,32
3,3
3,275
4
Andisol
Ø1
3,87
3,71
3,7
3,64
3,64
3,64
3,64


Ø2
3,94
3,91
3,91
3,89
3,84
3,74
3,73


X
3,905
3,81
3,805
3,765
3,74
3,69
3,685
5
Entisol
Ø1
3,53
3,51
3,44
3,33
3,3
3,3
3,3


Ø2
3,46
3,44
3,36
3,3
3,29
3,28
3,25


X
3,495
3,475
3,4
3,315
3,295
3,29
3,275

DK = diameter awal-diameter akhir x 100%
                        Diameter awal
  1. Tanah Vertisol
DKø1= 3,94-3,49 x 100%      DKø2= 4,1-3,5 x 100%   DKx = 4,02-3,495 x 100%
                 3,94                                        4,1                                     4,02
          = 11,42%                                  = 14,63%                        = 13,05%



  1. Tanah Inseptisol
DKø1=3,84-3,62 x100%        DKø2=3,84-3,63 x 100%  DKx=3,84-3,625 x 100%
                 3,84                                         3,84                                  3,84
          =5,72%                                    = 5,46%                            = 5,59%
  1. Tanah Ultisol
DKø1=3,65-3,25 x100%        DKø2=3,55-3,33 x 100%  DKx=3,6-3,275 x 100%
                 3,65                                         3,55                                   3,6
          =10,95%                                  = 7,04%                            = 9,02%
  1. Tanah Andisol
DKø1=3,87-3,64 x100%        DKø2=3,94-3,73 x100% DKx=3,905-3,685 x100%
                 3,87                                         3,94                                 3,905
          =5,94%                                    = 5,32%                            = 5,63%
  1. Tanah Entisol
DKø1=3,53-3,3 x100%          DKø2=3,46-3,25 x100% DKx=3,495-3,275 x 100%
                3,53                                         3,46                               3,495
          =6,51%                                    = 6,06%                         = 6,29%
No
Jenis Tanah
Derajat Kerut
1
Vertisol
13,05 %
2
Inseptisol
5,59 %
3
Ultisol
9,02 %
4
Andisol
5,63 %
5
Entisol
6,29 %

  1. Pembahasan
Tanah vertisol untuk ulangan ke 1,awalnya 3,94. Pada pengamatan 2,yaitu 3,78. Diameter selanjutnya mengalami penurunan diameter yang stabil. Dari 3,75 menjadi 3,6; 3,5;dan 3,49. Sementara pada ulangan ke 2, diameter ke 1 dan ke 2 4,1; 3,7 dan selanjutnya pada pengamatan ke 3,4 yaitu 3,65 dan 3,5. Rata-rata tanah vertisol  pada pengamatan 1-7= 4,02; 3,74; 3,7; 3,55; 3,5; 3,495.
Tanah inseptisol, diameter ulangan 1 dari 3,84 menjadi 3,8;3,75;3,65 dan 3,62. Pada ulangan 2 awalnya 3,84 menjadi 3,8; 3,75; 3,65;3,63. Sementara rata-rata kedua ulangan tersebut = 3,84;3,8;3,75;3,65;3,64 dan 3,625.
Tanah ultisol, ulangan 1 diameter awal 3,65 menjadi 3,52; 3,43; 3,4; 3,34; 3,3 dan 3,25. Pada ulangan 2 diameter awal 3,55 menjadi 3,45; 3,31 dan 3,3. Sementara rata-rata kedua ulangan tersebut = 3,6; 3,485; 3,37; 3,35; 3,32; 3,3 dan 3,275.
Tanah andisol, ulangan 1 diameter awal 3,87 menjadi 3,71; 3,7; 3,64. Sementara pada ulangan 2 awalnya 3,94 menjadi 3,91; 3,89; 3,84; 3,74; 3,73. Rata-rata pengamatan : 3,905; 3,81; 3,805; 3,765; 3,74; 3,69; 3,685.
Terakhir, tanah entisol. Ulangan 1 awalnya 3,53 menjadi 3,51; 3,44; 3,33; 3,3. Sementara pada ulangan 2 diameter awalnya 3,46 menjadi 3,44; 3,36; 3,3; 3,29; 3,28; 3,25. Rata-rata kedua ulangan tersebut = 3,495; 3,475; 3,4; 3,315; 3,295; 3,29 dan 3,275.
Jadi,untuk setiap tanah memiliki derajat kerut yang berbeda. Tergantung jenis tanah yang di amati. Atau mungkin dalam pengukuran menggunakan jangka sorong tidak teliti, atau terjadi kesalahan teknis.
Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air. Sedangkan tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengelolaannya. ( Farul,2011).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung dsb) (Hardjowigeno,2010).
Percobaan derajat kerut tanah, kami mendapat Jenis Tanah vertisol. Pengamatan dilakukan pada 2 wadah yaitu cawan I dan cawan II yang berisi tanah vertisol yang sebelumnya telah diolesi vaseline agar saat penjemuran tanah yang mengkerut tidak menempel pada cawan. Dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari, dan diamati setiap 2 jam sekali. Dilakukan pengukuran sebanyak 4 kali. Pada cawan pertama setelah dihitung dengan rumus derajat kerut hasilnya sebesar 1 %. Dan pada cawan kedua didapat hasil sebesar 9%.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah Berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Puerwowidodo,1991).
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa masing-masing jenis tanah mempunyai derajat kerut yang berbeda-beda. Hal tersebut disababkan oleh beberapa faktor, yaitu berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.  (Kohke,1968)
Susunan mekanika tanah merujuk pada ukuran, bentuk, kerapatan dan kimiawi zarah tunggal komponen padat mineral (Kohke, 1968).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilih menjadi 3 kategori. Yang  berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).
Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid. Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah.
Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi (Sarwono, 1982).
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1.   Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2.   Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3.   Liat (<0,002 mm) yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengambang dan mengkerut yang besar. (Sutanto,2005).
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.  Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil. (Syarief,1989).
Secara fisik tanah  mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organic dalam tanah tersebut. (Syarief , 1989).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


  1. Kesimpulan
            Pada praktikum yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan tanah inseptisol memiliki derajat kerut yang lebih kecil dari tanah jenis yang lainnya yaitu 5,59, karena tanah inseptisol banyak mengandung bahan organik yang menyebabkan tanah ini kurang mengembang dan sedikit mengkerut. Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan bahan organiknya semakin tinggi.
  1. Saran
Pada saat kita melaksanakan praktikum harus bisa lebih teliti dan berhati-hati saat menggunakan alat laboratorium yang ada. Dan cermat dalam penentuan angka menggunakan jangka sorong.

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno. S., 2010.Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.
Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic.Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd : Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Yogyakarta : Kanisius.
Syarief, Saifuddin.1989. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.