Sabtu, 09 November 2013

Laporan OPT



LAPORAN PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA




 







OLEH:
TRIYANTO PAMUNGKAS
A1C112039
ROMBONGAN L




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013

I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed). Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari, agar tidak menimbulkan kerugian ± kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis.
            Menurut wikipedia, (Wikipedia, 2010) gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis.Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi.Pl astis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhandikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma. Kehadiran gulma sendiri secara langsung dapat mempengaruhi produksi tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas, kemudian juga dapat menghambat praktek budidaya pertanian. seperti dengan adanya gulma kualitas akan menurun, karena biji gulma tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. kemudian kuantitas juga akan menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh ( hara, air, udara, cahaya, ruang gerak ) dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan, dan lamanya tumbuh. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan petani untuk mengendalikan gulma. Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan produktifitas tanaman. Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma pada umumnya memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri.
            Dalam hal ini faktor yang paling nampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak dan nutrisi antara tanaman dan gulma. Untuk itu pengendalian gulma penting dilakukan dalam penyelamatan produksi tanaman. Sebab, sebagian besar gulma mampu berkembang dengan cepat dan mendominasi lahan. Apabila penguasaan sarana tumbuh dimenangkan oleh gulma, maka pada umumnya tanaman akan mengalami gangguan fisiologis yang berakibat pada penurunan produksi atau bahkan kematian tanaman itu sendiri. Kematian tersebuat selain karena kesulitan mendapatkan nutrisi, ada jenis gulma tertentu yang mampu mengeluarkan enzim akar yang mampu merusak atau meracuni tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan gulma akan menentukan apakah gulma tersebut merupakan gulma penting atau bukan. Kerusakan tersebut umumnya memiliki hubungan dengan ambang ekonomi pertanian yang dapat berbeda pada setiap tanaman berdasarkan nilai ekonominya.

B. Tujuan
            Untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh menggangu dan bersaing dengan tanaman budidaya.





II
TINJAUAN PUSTAKA

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Selain salah tempat gulma juga salah satu jenis tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi (Jody Moenandir,1988).
            Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istiah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput – rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istiah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari gologan teki – tekian (atau golongan sedges) (Moenandir,1988)
            Pengistilahan adalah penting untuk diketahui dengan seksama. Pengenalan istilah dalam ilmu gulma disamping merupakan hal penting juga akan menemui hal – hal yang tidak terlalu umum sebab masing – masing mempunyai pengistilahan teknis.Gulma perlu kiranya untuk diberi istilah ataupun setidaknya uraian yang memperjelas tentang tumbuhan tersebut. Nama umum atau nama daerah suatu jenis gulma akan menyulitkan para pemakai istilah itu bila bukan berasal dari nama daerah dengan bahasa yang dikenalnya. (Moenandir, 1993)
            Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan. Diantaranya: pertumbuhan tanaman menjadi terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama ( fase immature tanaman lebih panjang ), penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit bagi tanaman budidaya, biaya pengendalian gulma yang sanga mahal (barus emanuel. 2003).
            Gulma dikenal karena adanya oerlakuan manusia pada sebidang tanah untuk ditanami dengan tanaman yang dapat karena kebutuhannya. Berarti manusialah yang karena kebutuhannya secara subjektif membedakan tanaman menjadi gulma dan bukan gulma. Tanaman bukan gulma dapat termasuk petanaman yang dibudidayakan, tanaman rudde, dan tanaman liar. Gulma terhadap pertanaman merupakan tanmaan pesaing. (Moenandir, 1988)
            Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. (Jumin Hasan Basri, 1978)
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara ini:
1) Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2) Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
5) Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sukman, 1991).
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. (Moenandir, 1988)
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia.  Tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau kegunaannya.(Tjitrosoedirdjo, 1984).
Pengamatan populasi gulma pada suatu lahan yang sangat luas sulit dilakukan secara menyeluruh, karena terbatasnya waktu, tenaga dan dana.  Untuk itu dilakukan pengambilan sampel.  Pengambilan sampel harus dapat mewakili atau menggambarkan populasi yang beragam (Triharso, 1996).
Ada 4 macam cara pengambilan sampel dari lahan, yaitu:
1.      Pengambilan sampel secara langsung
2.      Pengambilan sampel secara acak tidak langsung
3.      Pengambilan sampel bertingkat
4.      Pengambilan sampel secara beraturan
Cara pengambilan sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil yang lebih mewakili kondisi lapangan yang diamati. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping), digunakan metode titik (point intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneiliti yang sudah berpengalaman.  Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti peta, lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya (Tjitrosoediro, 1984).
Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu data kualitatif dn data kuantitaif.  Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dalam kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan lain sebagainya; sedang data kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis, luas daerah yang ditumbuhinya.  Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoediro, 1984).
Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik. (Tjitrosoediro, 1984).
1.      Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas.  Besaran yang dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran.
2.      Metode kuadrat
Yang dimaksud kuadrat di sini adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan kuadrat (misalnya m2, cm2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segi-empat (kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran.
3.      Metode garis
Metode garis atau rintisan, adalah petak-contoh memanjang, diletakkan di atas sebuah komunitas vegetasi.
4.      Metode titik
Metode titik merupakan suatu variasi metode kuadrat.  Jika sebuah kuadrat diperkecil sampai titik tidak terhingga, akan menjadi titik.
Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain misalnya kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya, ruang dan lain sebagainya (Moerandir, 1988).
Penanggulangan gulma terbaik dilakukan dengan mempraktekkan pengendalian terpadu.  Disamping itu, upaya menjaga agar populasi gulma tidak melampaui ambang ekonomi, perlu didukung oleh kesadaran, pengamatan dan pendidikan para pelaku usaha tani (Rukmana, 1999).
Data yang diperoleh dari analisis vegetasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya (Soekisman, 1984).
Gulma juga mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan bagi tanaman budidaya. Pertama, gulma dapat mengurangi resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman tanaman budidaya. Kedua, gulma dapat menjadi inang hewan predator bagi hama – hama yang merusak tanaman. Gulma juga dapat berperan sebagai LCC (Legume cover crop) (Iskandar, 2009).
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi pertumbuhan populasi gulma sehingga penurunan hasil yang diakibatkannya secara ekonomi menjadi tidak berarti. Cara pengendalian gulma berbeda berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman pada umumnya. Pestisida adalah racun untuk membunuh serangga (insektisida), fungi atau cendawan, nematoda dan lain-lain hama dan penyakit pengganggu rumah (Wudianto, 1990).Herbisida adalah salah satu jenis pestisida yang merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mematikan tanaman pengganggu/gulma (Purba, 2009)
Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati. (Tjitrosoedirdjo,1984)
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya. Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab terjadinya kompetisi intra spesifik dan kompetisi inter spesifik. (Sastrahidayat,1990)
Kehadiran gulma pada lahan pertanian  atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan  gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah,  penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh. Sebagian besar tumbuhan gulma  dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat  toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya (Martin,2001).
Kondisi lingkungan yang baik untuk tanaman budidaya juga dapat menstimulir pertumbuhan gulma. Gulma lahan kering merupakan faktor penting dalam penurunan produksi pertanian karena bersaing efektif selama seperempat sampai sepertiga umur tanaman pangan dan menurunkan hasil 12 - 80%, sehingga pengendalian gulma merupakan suatu keharusan di daerah yang dipupuk karena gulma lebih banyak menyerap unsur hara dan lebih kuat bersaing dari pada tanaman budidaya (Madkar dkk, 1986).
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).
Kemampuan gulma menekan pertumbuhan tanaman budidaya sangat ditentukan oleh jenisnya, kepadatan dan lamanya gulma tumbuh di pertanaman. Ketiga faktor tersebut menentukan derajat persaingan gulma dalam memperoleh sumberdaya yang tersedia. Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk membatasi investasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien atau merupakan prinsip mempertahankan kerugian minimum yaitu menekan populasi gulma sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau tidak melampaui ambang ekonomi, namun dalam pengendaliannya diperlukan pengetahuan yang cukup tentang gulma yang bersangkutan dan teknik penanggulangannya dan salah satu perbaikan teknik budidaya adalah usaha pengelolaan gulma dengan tidak merusak lingkungan (Froud-Williams, 2002).



















III
METODE PRAKTIKUM

A.                Alat dan Bahan

1.            Bahan
Bahan sekaligus media yang digunakan dalam praktikum ini ada dua macam yaitu lahan basah atau lahan bekas penanaman padi dan lahan kering yaitu lahan bekas penanaman jagung.

 2.        Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya yaitu
a. Alat sguare method ukuran 50 cm x 50 cm
b. Buku deskripsi gulma atau herbarium
c. Pacong atau corek
d. Kantong plastik
e. Alat tulis
f.  Kertas Koran
g. Steples
h. Oven

B.                 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktiku ini yaitu sebagai berikut :
a.  Buat petak contoh dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan alat square method ada lahan sawah dan lahan kering
b.   Lemparkan pada lahan, kemudian cabut jenis gulma yang tumbuh pada petak tersebut
c.   Masukkan gulma tersebut ke dalam kantong plastic
d.   Lakukan hal tersebut sebanyak masing-masing lima kali pada lahan kering dan lahan basah
e.   Identifikasi jenis gulma yang ada menggunakan buku deskripsi berdasarkan ciri morfologinya, tulis nama spesiesnya serta jumlah spesies tanaman yang didapat pada masing-masing petak
f.   Bungkus masing-masing spesies menggunakan kertas koran, kemudian oven selama 24 jam
g.   Setelah kering, timbang tanaman tersebut untuk mengetahui bobot keringnya
h.   Hitung KR (Kerapatan Relatif), FR (Frekuensi Relatif) dan DR (Dominansi Relatif), NJD (Nilai Jumlah Dominansi) untuk lahan kering dan lahan basah.






















IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
No
Nama Gulma
(Nama Latin)


KM

KR
FM
FR
DM
DR
NJD / SDR


I
II
III






1
Cyperus ­ cyperoides

10
16
26
14,60 %
2/3
11,11 %
5,2 g
8,56 %
11,42 %
2
Alamania nadiflora

10
4
14
7,86 %
2/3
11,11 %
4,1 g
6,75 %
8,57 %
3
Althermonthera sesilis L.

17
4
21
11,79 %
2/3
11,11 %
13,3 g
21,91 %
14,93 %
4
Cynodon dacylon

35

35
19,66 %
1/3
5,55 %
1,6 g
2,63 %
9,28 %
5
Eupotatium niparium reg
1


1
0,56 %
1/3
5,55 %
0,6 g
0,98 %
2,36 %
6
Pogonatherum paniceum Lamk
26


26
14,60 %
1/3
5,55 %
10,6 g
17,46 %
12,53 %
7
Mimosa pudica
3

3
6
3,37 %
2/3
11,11 %
7,5 g
12,35 %
8,94 %
8
Digitakia ciliaria
6


6
3,37 %
1/3
5,55 %
6 g
9,8 %
6,24 %
9
Bidens biternata L
5


5
2,80 %
1/3
5,55 %
1,6 g
2,63 %
3,66 %
10
Eulisina indica


10
10
5,61 %
1/3
5,55 %
3,6 g
5,93 %
5,69 %
11
Rostellaria sundana bremek


13
13
7,30 %
1/3
5,55 %
0,5 g
0,82 %
4,55 %
12
Uraria lagopodioides L


11
11
6,17 %
1/3
5,55 %
1,4 g
2,30 %
4,67 %
13
Mikania micranta


1
1
0,56 %
1/3
5,55 %
3 g
4,94 %
3,68 %
14
Ischaerrum rugosum salisb
3


3
1,68 %
1/3
5,55 %
1,7 g
2,80 %
3,34 %

Jumlah



178
99,93 %
18/3
99,94 %
60,7 g
99,86 %
99,86 %

B.     Pembahasan
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Selain salah tempat gulma juga salah satu jenis tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi (Jody Moenandir,1988).




Peran Positif Gulma bagi Lingkungan
Gulma juga mempunyai pengaruh positif dalam lingkungan yaitu bermanfaat untuk:
a.       Melindungi tanah dari erosi
Imperata cylindrica, paspalum, conjugatan, axonopus. Gulma – gulma tersebut menjalar pada perakaran tanah  sehingga dapat menahan air sehingga tidak terjadi erosi.
b.      Menyuburkan tanah
c.       Gulma yang dapat menyuburkan tanah yaitu Centrocema pubescens, Rureuria Javanica.
d.      Sebagai  Inang Pengganti
Gulma juga dapat berperan sebagai predator serangga hama atau patogen.
e.       Sebagai Musuh Alami
Contoh gulma sebagai musuh alami yaitu Cytrohynus lividevenis, Diadema Ecerophaga
f.       Sebagai Trop Crop
Gulma yang berfungsi sebagai Trop Crop yaitu Tripascum laxum pada teh, Platylenchus Titonia Diversipolia.
g.      Sebagai Tanaman Penghalang
Contohnya Tagetes patula, Meloidgyne Hapla.
h.      Sebagai Herbalium
Peran Negatif Gulma
1.      Kerugian Akibat Gulma
2.      Kompetisi
A.    Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
(1)   Persaingan memperebutkan hara
(2)   Persaingan memperebutkan air
(3)   Persaingan memperebutkan cahaya
(4)   Lama keberadaan gulma
(5)   Kecepatan tumbuh gulma
(6)   Habitus gulma
(7)   Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
(8)   Allelopati
B.     Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik
Manfaat Gulma adalah sebagai berikut :
  •  Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik. Contoh Ageratum conyzoides, pistia stratiotes dll
  • Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi. Contoh Mimosa invisa, Tithonia diversifolia
  • Sebagai Bahan Makanan ternak. Contoh Pennisetum purpureum, Cynodon dactylon
  • Bahan Penutup Tanah/Mulsa.Contoh Mimosa invisa
  • Sebagai Obat Tradisional Contoh Mimosa invisa, Imperata cylindrica
  • Sebagai Bahan Makanan atau sayuran Contoh Cyperus rotundus
1.      Identifikasi
Menurut Soekisman, gulma dapat diidentifikasi dengan menempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini :
1.   Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2.   Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3.   Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4.   Membandingkan dengan determinasi yang ada.
5.   Membandingkan dengan illustrasi yang berbeda.
2.      Klasifikasi
Klasifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, gulma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat morfologi, siklus hidup, habitat (tempat tumbuhnya), ataupun berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan dan terhadap tanaman sawah.
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).
1.      Gulma Berdaun Sempit (Grasses)
Gulma berdaun sempit memiliki cirri khas sebagai berikut : daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helaian daun.
2.      Gulma Teki-Tekian (Sedges)
Gulma jenis teki-tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga.
3.      Gulma Berdaun Lebar (Broad Leaves)
Pada umumnya, gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar memiliki ciri-ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar.
4.      Gulma Pakis-Pakisan (Ferns)
Gulma jenis pakis-pakisan (ferns) pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. (Emanual Barus, 2010)
Berdasarkan umurnya, gulma dikelompokkan menjadi:
Ø Gulma tahunan (Perennial weed), gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun.
Ø Gulma semusim (Annual weed), gulma yang akan mati setelah menghabiskan satu siklus daur hidupnya.
Ø Gulma daun semisim (Bi-annual weed), gulma yang hanya tumbuh di daerah subtropika pada dua musim.
Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi:
Ø Gulma darat (Terestrial weed),
Ø Gulma air (Aquatic weed),  
Ø Gulma yang menumpang pada tumbuhan lain (Aereal weeds).
Identifikasi Gulma :
1.      Cyperus cyperoides
Description: H:\Cyperus cyperoides.jpg 
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus:  Cyperus
Spesies: Cyperus cyperoides
Bunga: Jukut pendul tumbuh bergerombol dengan rimpang yang pendek dan merayap, letaknya sedikit kebawah permukaan tanah Batang:  tegak persegi tiga, pejal, dan hanya berdaun di dekat pangkalnya. Daun: daun pada pangkal batang berjumlah 2 - 4 helai berbangun baris, panjang menyempit berujung runcing dengan panjang 3 cm - 10 cm, lebar 1,3 cm - 4 mm berwarna hijau tua. Bunga dari tanaman ini berbentuk bundar memanjang dengan warna hijau muda dengan ukuran 4-8 mm.
2.      Allmania nodiflora
Description: H:\Alamania nadiflora.jpg
Kingdom   : Plantae
Phylum      : Magnoliophyta
Class          : Magnoliatae
Order         : Caryophyllales
Family       : Amaranthaceae
Genus        : Allmania
Herbal tahunan , tegak atau menaik , tinggi 10-50 cm . Batang bercabang dari atau dekat dasar, gundul atau samar-samar puber . Tangkai daun 2-10 mm , helai daun bulat telur terbalik , lonjong , atau linier , 1,5-6,5 mm x 0,3-2,5 cm , kedua permukaan gundul atau adaxially puber , basis tipis, apex akut atau tumpul , dengan mucro a . Kepala bulat , menjadi agak diperpanjang , dengan cymes 3-7 - bunga , malai 0,2-3,5 cm , gundul atau puber . Bracts dan bracteoles bulat telur - lanset , 3-5 mm , putih pada marjin dan dengan. Hijau atau ungu midvein , ujung meruncing panjang . Tepal miring menyebar dengan bunga mekar , kemudian tegak, bulat telur - lanset atau lonjong - lanset , 4-5 mm . Benang sari 5 , filamen bawaan di pangkalan . Ovarium bulat telur , berbulu , gaya hampir sepanjang filamen . Utricles tertutup dalam perianth persisten , hijau pucat , bulat telur , 3-3,5 mm diameter . , Pecah oleh tutupnya . diameter benih 1,5-2 mm .
3.      Althernanthera sessilis L.
Description: H:\Althermonthera sesili L.jpg
Klasifikasi:
Kingdom                : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom         : Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi            : Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)
Divisi                      : Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)
Kelas                       : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil
Sub Kelas               : Hamamelidae
Ordo                       : Caryophyllales
Famili                      :
Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus                     :
Alternanthera
Spesies                    :  Alternanthera sessilis (L.)
Herba menahun, berumpun kuat, tinggi 0.2 – 0.5 m. Tumbuh pada ketinggian 5 – 1600 m. Buah di Jawa tidak berkembang dengan sempurna. Batang berambut tipis yang merata. Daun bentuk solet sampai memanjang, kerapkali kemerah-merahan atau bernoda. Bunga dalam tongkol duduk, kadang-kadang seolah-olah bertangkai, tidak berduri tempel; dalam ketiak dan garpu. Daun pelindung kecil, runcing, bertepi semacam selaput. Daun tenda bunga 5, runcing, keputih-putihan serupa selaput, panjang kurang lebih3 mm, bertulang daun 3, dari luar berambut. Benang sari 5. tangkai sari pada pangkalnya bersatu seperti mangkok yang pendek. Kepala sari berganti-ganti degnan taju yang berbentuk pita pada ujung yang berbagi dalam umbai. Tangkai putik pendek, kepala putik berbentuk tombol.
4.      Cynodon dactylon L.
Description: H:\Cynodon dacylon.jpg
Klasifikasi:
Kingdom    :  Plantae                                            
Divisi          :  Magnoliophyta
Kelas           :  Liliopsida
Ordo           :  Poales
Famili          :  Poaceae
Genus         :  Cynodon
Spesies        : C. Dactylon
Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di daerah cerah matahari < 1 – 1650 m.Rumput menahun dengan tunas menjalar yang keras, tinggi 0.1 – 0.4 m. Batang  langsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga kecil. Daun sempit kerapkali jelas 2 baris. Lidah sangat pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiuran, berambut atau gundul, 2.5 – 15 kali 0.2 – 0.7 cm. Bulir 3 – 9, mengumpul, panjang 1.5 – 6 cm. Poros bulir berlunas. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, menghadap ke satu sisi, menutup satu dengan yang lain secara genting, duduk, ellips memanjang, panjang kurang lebih 2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 – 2 yang terbawah tetap tinggal. Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu, muncul di tengah-tengah anak bulir.
5.      Eupatorium riparium Reg.
Description: H:\eupotarium.jpg
Klasifikasi :
Nama Ilmiah : Eupatorium riparium Reg.
Nama Umum : Teklan
Famili : Asteraceae
Kegunaan : sebagai diuretikum
Tumbuhan tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis yang membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang dan duduk daunnya berhadapan, sehingga terbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai. Baunya seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada bongkol yang banyak terdapat di ujung batang dan pada ketiak daun-daun teratas, berwarma oranye berbintik-bintik kuning di tengah-tengahnya, dan bijinya berbentuk paruh.
6.      Pogonatherom paniceum lank (Rumput Bambu)
Description: C:\Users\gani\Pictures\pogo.jpg
Klasifikasi :
Kingdom                : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom           : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi            : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                      : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                      : liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas               : Poaceae
Ordo                       : poales
Famili                     : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus                     : Pogonatherum
Spesies                    : Pogonatherum crinitum
Terna, menahun, tinggi 15-60 cm. Bulat, beruas-ruas, tertutup pelepah daun, licin, kuningkehijauan. Tunggal, berseling, tidak bertangkai, pelepah memeluk batang, helaian daun bentuk garis lanset, ujung runcing, panjang 5-10cm, lebar 4-8 mm, pertulangan sejajar, permukaan kasar, tipis, lembut, hijau kekuningan. Majemuk, di ujung batang, bentuk bulir, panjang 3-6 cm, berkelamin ganda, warna kuning kemerahan. Tunggal, bentuk elips, kecil, warna hijau kekuningan. Bentuk elips, kecii, putih. Serabut, putih kekuningan.
7.      Mimosa pudica
Description: H:\mimosa pudica.jpg
Klasifikasi:
Divisio                    : Spermatophyta
Subdivisio               : Angiospermae
Classis                     : Dicotyledonae
Ordo                       : Rosales
Familia                    : Mimosaceae
Genus                     : Mimosa
Spesies                    : Mimosa pudica L.
Daun berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun setiap sirip 5 – 26 pasang. Batang bulat, berambut, dan berduri tempel. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah.
Kelopak sangat kecil, bergigi 4, seperti selaput putih. Tabung mahkota kecil, bertaju 4, seperti selaput putih. Buah berbentuk polong, pipih, seperti garis.
8.      Digitaria ciliaris
Description: H:\digitaria.jpg
Klasifikasi:
Kingdom                : Plantae
Divisi                      : Magnoliophyta
Kelas                       : Liliopsida
Sub Kelas               : Commelinidae
Ordo                       : Cyperales
Famili                      : Poaceae
Genus                     : Digitaria
Spesies                    : Digitaria ciliaris
Rumput yang berumpun, yang pada pangkalnya kerap kali dengan batang yang merayap; tinggi 1-1,2 m.  Tumbuh-tumbuhan agak mudah berubah tumbuh pada segala macam keadaan tanah pada ketinggian 1- 1800 m.
Batang pipih yang besar semakin ke bawah berongga. Pelepah daun terletak jadi satu pada batang. Lidah sangat pendek. Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, keunguan. Bulir 2-22 per karangan bunga, tertancap pada ketinggian yang tidak sama. Poros bulir bertunas, panjang 2-21 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri sendiri dan berpasangan tetapi dengan tangkai yang tidak sama panjang, ellips memanjang, rontok bersama-sama, panjang 2-4 mm. Rambut tepi dari sekam pada masaknya buah saling menjauh. Benang sari 3, kepala sari kuning atau ungu. Tangkai putik 2. Kepala putik muncul dekat ujun daripada anak bulir, ungu merah.
9.      Bidens biternata L (Ajeran)
Description: C:\Users\gani\Pictures\bidens.jpg
Klasifikasi :
Divisi                     : Spermatophyta
Sub Divisi             : Angiospermae
Kelas                     : Dicotyledonae
Bangsa                  : Asterales
Suku                      : Asteraceae
Warga                    : Bidens
Jenis                      : Bidens biternata L.
Nama umum          : Ajeran
Nama daerah         : Hareuga (Sunda), Jaringan, Ketut (Jawa)
Nama Inggris        : Spanish needle
Morfologi
Termasuk tumbuhan liar dan banyak ditemui di pinggir jalan. Kadang-kadang ditanam di halaman sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini tingginya dapat mencapai 150 cm. Batang berbentuk segi empat, warna hijau. Daun bertiga-tiga, masing – masing berbentuk bulat telur, pinggir bergerigi. Bunga bertangkai panjang, mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning.
Ekologi 
Tumbuhan ini berasal dari Amerika Selatan menyebar ke Afrika dan Asia. Ajeran merupakan tanaman liar, dan sering dianggap sebagai gulma pada ladang sayuran. Bagian tanaman yang digunakan adalah biji dan seluruh bagian tanaman yang berada di atas tanah (herba) Bersifat sebagai insektisida.
10.  Eleusine indica
Description: H:\eleusina indica.jpg
Klasifikasi :
Subkingdom          : Tracheobionta
Super Divisi           : Spermatophyta
Divisi                     : Magnoliophyta
Kelas                     : Liliopsida
Sub kelas               : Commelinidae
Ordo                      : Poales
Famili                    : Poaceae
Genus                    : Eleusine
Spesies                   : Eleusine indica (L.) Gaertn
Herba, dengan perakaran yang kuat, berumpun dengan jumlah sedikit buluh sering bercabang pada bagian pangkalnya, tinggi tiap buluh bias mencapai 50 cm, tiap buku terdapat 3-5 daun yang saling menutupi, dari ketiak daun tumbuh tunas baru. Pelepah berwarna hijau muda, berbulu halus penjang. Perbungaan : tegak berdiri di atas 4-6 bulir terpusat diujung, 1 atau 2 bulir yang dibawah berseling, panjang bulir 3-5 cm, buliran rata dan licin 4-12 bunga.
11.  Rostellularia sundana bremek
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Phylum: Magnoliophyta
Order: Lamiales
Family: Acanthaceae
Species: Rostellularia sundana
Herba, daunnya tunggal, berhadapan, dan tanpa daun penumpu. Bunga terkadang tunggal/berpasangan, tumbuh dari ketiak daun, dan ada pula yang tumbuh membentuk bulir dan tandan. Buganya berkelamin 2, setangkupnya tunggal. Kelopak bunganya terbagi dan dekat dengan pangkalnya. Ada yang berlekuk, dan berjumlah 4-5 buah. Mahkota bunganya kebanyakan berdaun 5, berbibir 2 dengan tabung yang panjang. Benang sarinya 4, panjangnya 2 cm, sering memiliki staminodia 1-3. Akal buah menumpang, beruang dua, kebanyakan dengan 2-8 bakal biji tiap ruang. Tangkai putik 1, bentuknya benang; kepala putik kebanyakan memiliki 2 taju.[1]
12.  Uraria lagopodioides L.
Klasifikasi
Divisi                     :Magnoliophyta
Family                   :Papilionaceae; Fabaceae.
Kelas                     :Magnoliopsida
Bangsa                  :Rosales
Suku                     :Fabaceae/leguminosae/papilionaceae
Marga                   :Uraria
Jenis                      :Uraria lagopodioides (L.) Desv. ex DC.
Morfologi
Sebuah kayu semak kecil bersujud dan naik, panjang 30-90 cm. Daun panjang 2,5-5 cm; selebaran soliter atau 3-foliolate, lonjong, belah ketupat, bulat, bawah berbulu. Racemes padat, lonjong, panjang 2,5-6,3 cm, 2 cm melalui. Bunga putih. Polong panjang 3,8 cm dan lebar 2 cm.
Ekologi
Di Fiji, umum di lereng berumput di zona kering, terutama di sepanjang pantai bawah angin, dan dapat ditemukan sampai ketinggian 750 m sebagai gulma di padang rumput, perkebunan, desa, dan tempat-tempat sampah. Di Niue, kadang-kadang terlihat di padang rumput tua atau tempat sampah, di mana lokal umum. Di Tonga, sesekali sebagai gulma di daerah perkebunan dan limbah.
13.  Mikania micrantha
Indonesia  :Mikania, sembung rambat (Jawa)
Inggris       :Mile-a-minute weed, bittervine, Chinese creeper
Klasifikasi :
Kingdom              : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi         : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                    : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                    : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas             : Asteridae
Ordo                     : Asterales
Famili                  
Asteraceae
Genus                   : Mikania
Spesies                 : Mikania micrantha Kunth
Mikania micrantha merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan cepat. Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit yang dapat tumbuh hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania umumnya tumbuh dominan pada areal kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) hingga dapat meimbelit/menutupi seluruh pelepah/tajuk kelapa sawit.
Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati berupa phenol dan flavon. Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat mencapai 95%.
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm.  Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi. 
Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2mm.
14.  Ischaerrum rugosum salisb
Klasifikasi :
Kingdom               :Plantae
Phylum/Division   :Magnoliophyta
Class                      :Monocots
Order                     :Poales
Family                   :Poaceae
Genus                    :Ischaemum
Species                  : Ischaemum rugosum
Ischaemum rugosum adalah gulma serius di dataran rendah, di mana ia muncul banyak di tanaman yang  disukai. Ischaemum rugosum digunakan sebagai pakan untuk hewan. Ini juga menyediakan bahan yang cocok untuk kompos.
Morfologi
Sebuah tegak atau menaik tahunan atau tahunan, sampai dengan tinggi 100 cm. Stem sering keunguan, biasanya memiliki rambut di node, silinder.
Daun pisau 10-30 cm panjang, gundul atau dengan rambut yang tersebar pada kedua permukaan, dikompresi selubung agak longgar dan hijau atau keunguan, dengan rambut pada marjin, ligule membran dan menyatu dengan auricles.
Perbungaan dipasangkan paku terminal yang sering kuat menempel satu sama lain, sehingga muncul seperti lonjakan tunggal. Pada saat jatuh tempo, memisahkan menjadi dua tandan spike seperti. Spikelets dipasangkan, satu adalah sessile, yang pedicelled lainnya, sessile hijau kekuningan gabah, hingga 6 - mm - panjang, glume pertama menonjol melintang keriput, spiral awns di pangkalan, berwarna gelap.
Ekologi
Merambat dengan biji ,Benih tidak berkecambah sementara terendam meskipun, setelah munculnya , mereka dapat tumbuh dengan mudah dalam kondisi banjir . Ischaemum rugosum ditemukan dalam kondisi basah , terutama di sawah tanam benih langsung .
3.      Analisis Vegetasi
Jenis gulma yang menyusun suatu vegetasi sangat bermacam-macam dan banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan atau habitatnya. Untuk mengetahui penyusun vegetasi secara tepat dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi berfungsi untuk menentukan cara pengendalian gulma yang tepat dan mengetahui perubahan vegetasi akibat adanya pengaruh suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi dapat disesuaikan dengan tujuan dan struktur vegetasinya. Beberapa metode analisis vegetasi yaitu metode titik (Point Intercept Methods), metode kuadrat (Quadrat Methods), dan metode garis (Line Intercept Methods). Cara pengambilan letak sampel tergantung pada keragaman dan distribusi vegetasinya. Apabila komposisinya merata, cukop diambil satu petak sampel ditengah areal sehingga dapat mewakili vegetasi tersebut. Untuk vegetasi yang distribusinya beragam, mengambil petak sampel dapat dilakukan secara acak langsung, acak beraturan atau acak bertingkat.( Siti Astuti, 2006)
Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Parameter yang digunakan adalah kerapatan, frekuensi dan dominansi.
1.  Kerapatan, yaitu menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak contoh.
2.  Frekuensi. yang dimaksud frekuensi jenis tumbuhan adalah beberapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat jenis tersebut, dan sejumlah petak contoh yang dibuat
3. Dominansi, istilah ini digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya.
Pada lahan sawah dan lahan kebun, dilakukan perhitungan mengenai :
1). Kerapatan mutlak (Km) suatu jenis = jumlah individu jenis itu dalam petak contoh.
           Kerapatan nisbi (Kr) suatu jenis = Kerapatan mutlak jenis itu   X 100%
                                                          Jumlah kerapatan mutlak semua jenis
2). Frekuensi mutlak (Fm) suatu spesies adalah hasil pembagian jumlah petak contoh berisi spesies itu dengan jumlah semua petak contoh yang diambil.
    Frekuensi nisbi (Fr) = Frekuensi spesies itu  X 100%
                                 Jumlah frekuensi mutlak semua spesies
3). Dominasi mutlak suatu jenis = jumlah dari nilai kelindungan atau nilai luas basal atau nilai biomassa atau volume dari jenis itu.
Dominansi nisbi (Dr) =Dominansi nisbi suatu spesies itu  X 100 %
                                            Jumlah Dominansi mutlak semua spesies
              Nilai Jumlah Dominansi (NJD) = Kr + Fr + Dr
                                                                             3
4). Koefisien Komunitas Gulma = Peubah yang diamati pada contoh tanah meliputi pertumbuhan gulma, kerapatan dan frekuensi gulma, nilai penting sum of dominance ratio (SDR) dan koefisien komunitas (Moenandir, 1993). Koefisien komunitas (C) dihitung berdasarkan 2W/(A+B)x100%; (W: Jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing spesies, A : Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama; B : Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua).
Untuk melakukan uji diatas, diperlukan lahan bergulma yang akan mendapat perlakuan herbisida. Sedangkan untuk memperoleh hasil uji yang akurat, maka beberapa lahan yang akan mendapat perlakuan harus sama dalam keragaman jenis gulmanya. Oleh sebab itu dibuatlah metode penentuan koefisien komunitas dari kerapatan nisbi spesies-spesies gulma dalam lahan-lahan tersebut untuk mendapatkan indeks kesamaan dari komunitas-komunitas gulma yang mendapat perlakuan.Jenis gulma dalam komunitas atau lebih baru dapat dikatakan homogen apabila indeks kesamaan dari kedua komunitas lebih besar atau sama dengan 75%. Dengan demikian, jika dua lahan memiliki indeks kesamaan kurang dari 75% dapat dikatakan bahwa dua lahan tersebut memiliki jenis-jenis gulma yang berbeda atau tidak homogen.
Dari data setiap spesies  dapat dilakukan perhitungan  nilai Kerapatan Mutlak (KM),yaitu jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh. Kerapatan Nisbi atau Kerapatan Relatif (KN/KR),yaitu perbandingan antara KM spesies tertentu terhadap jumlah KM semua spesies. Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Nisbi atau Frekuensi Relatif (FN/FR). Selain itu, dapat dilakukan perhitungan Nisbah Jumlah Dominansi (NJD), yaitu suatu parameter yang menunjukkan spesies apa yang dominan dalam suatu area. Seperti yang dikemukakan oleh Bangun (1996) bahwa cara perkembangbiakan yang komplek (rhizoma, umbi, biji) merupakan faktor utama penyebab dominannya gulma
Gulma dominan dalam praktikum ini ditentukan berdasarkan nilai NJD yang diperoleh adalah gulma yang memiliki nilai NJD paling besar yaitu Althermonthera sesilis L. dengan nilai NJD 14,93% kemudian KM sebesar 21 KR sebesar 11,79%, FM sebesar 2/3  FR sebesar 11,11%, DM sebesar 13,3 dan DR sebesar 21,91 %.


V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai identifikasi dan analisis vegetasi gulma, yaitu sebagai berikut :
1.      Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
2.      Gulma diidentifikasi berdasarkan ciri morfologinya, kemudian ditulis nama spesies, morfologi dan perkembangbiakannya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
3.      Gulma dominan yang diperoleh adalah gulma yang memiliki nilai NJD paling besar yaitu Althermonthera sesilis L. dengan nilai NJD 14,93% kemudian KM sebesar 21 KR sebesar 11,79%, FM sebesar 2/3  FR sebesar 11,11%, DM sebesar 13,3 dan DR sebesar 21,91 %.

B.     SARAN
1.      Pada praktikum mengidentifikasi tumbuhan khususnya gulma lebih di teliti lagi dengan menggunakan pustaka yang lebih lengkap.
2.      Pada proses pengeringan dengan menggunakan oven agar lebih di percepat, sehingga dalam penghitungan lebih efektif.
3.      Praktikan lebih teliti lagi dalam penghitungan.


DAFTAR PUSTAKA
Bangun, P. 1986. Masalah dan Prospek Pengendalian Gulma Secara Kimia Pada Tanaman Padi Sawah di Masa Depan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Jurnal Litbang Pertanian. V (1).
Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius:  Yogyakarta.
Froud-Williams R.J. Ecological implications of agronomy for Weed management in integrated farming systems. Aspects of Applied Biology, 62: Farming systems for the new millenium, 2000, 143-150.
Iskandar, Riska. 2009. Analisis Vegetasi Gulma Kuantitatif (online). http://riskaiskandar.blogspot.com/2009/02/analisis-vegetasi-gulma-kuantitatif.html. Diakses pada tanggal 20 oktober 2013
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma Buku 1). Rajawali Press : Jakarta.
Nata wigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bandung: Trigenda
Karya.
Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengandalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma dan Toleran Herbisida. Jurnal USU.
Purba, E. 1996. Dasar Ilmu Gulma. USU Press. Medan
Rukmana, Rahmat, Suganda Saputra. 1999. Gulma dan Tehnik Pengendalian. Kanisius : Yogyakarta.
Sastrahidayat, Ika R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.
Sukman, Yernelis. 1991. GulmadanTeknikPengendaliannya. RajawaliPers, Jakarta.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, Soekisman dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia : Jakarta
Triharso. 1996.Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

 


 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar