LAPORAN PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI
GULMA
![]() |
OLEH:
TRIYANTO PAMUNGKAS
A1C112039
ROMBONGAN L
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua
yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan
yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang
dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai
ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan
yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu
pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed). Pengertian
gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti
sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif
yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus
dimusnahkan dari, agar tidak menimbulkan kerugian ± kerugian yang lainnya, yang
nantinya dapat mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi,
maupun secara ekonomis.
Menurut wikipedia, (Wikipedia, 2010) gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya
tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai
oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis.Teknis, karena
berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma
menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui
kompetisi.Pl astis, karena batasan
ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman
berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma
dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela
pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem
tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa
jenis tumbuhandikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Ilmu
yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma. Kehadiran gulma sendiri secara
langsung dapat mempengaruhi produksi tanaman, baik secara kualitas maupun
kuantitas, kemudian juga dapat menghambat praktek budidaya pertanian. seperti
dengan adanya gulma kualitas akan menurun, karena biji gulma tersebut tercampur
pada saat pengolahan tanah. kemudian kuantitas juga akan menurun, karena
terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh ( hara, air, udara, cahaya, ruang gerak )
dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan,
dan lamanya tumbuh. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan petani untuk
mengendalikan gulma. Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan
produktifitas tanaman. Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian
akibat gulma pada umumnya memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma
itu sendiri.
Dalam hal ini faktor yang paling nampak adalah perebutan penguasaan sarana
tumbuh, ruang gerak dan nutrisi antara tanaman dan gulma. Untuk itu
pengendalian gulma penting dilakukan dalam penyelamatan produksi tanaman.
Sebab, sebagian besar gulma mampu berkembang dengan cepat dan mendominasi
lahan. Apabila penguasaan sarana tumbuh dimenangkan oleh gulma, maka pada
umumnya tanaman akan mengalami gangguan fisiologis yang berakibat pada
penurunan produksi atau bahkan kematian tanaman itu sendiri. Kematian tersebuat
selain karena kesulitan mendapatkan nutrisi, ada jenis gulma tertentu yang
mampu mengeluarkan enzim akar yang mampu merusak atau meracuni tanaman.
Kerusakan yang ditimbulkan gulma akan menentukan apakah gulma tersebut
merupakan gulma penting atau bukan. Kerusakan tersebut umumnya memiliki hubungan
dengan ambang ekonomi pertanian yang dapat berbeda pada setiap tanaman
berdasarkan nilai ekonominya.
B. Tujuan
Untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh menggangu dan bersaing dengan
tanaman budidaya.
II
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan
gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi
dengannya secara khas. Selain salah tempat gulma juga salah satu jenis tumbuhan
yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang
miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi (Jody Moenandir,1988).
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istiah gulma
berdaun sempit atau jenis gulma rumput – rumputan. Sedangkan gulma dari golongan
dikotil disebut dengan istiah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain
yang berasal dari gologan teki – tekian (atau golongan sedges) (Moenandir,1988)
Pengistilahan adalah penting untuk diketahui dengan seksama. Pengenalan istilah
dalam ilmu gulma disamping merupakan hal penting juga akan menemui hal – hal
yang tidak terlalu umum sebab masing – masing mempunyai pengistilahan
teknis.Gulma perlu kiranya untuk diberi istilah ataupun setidaknya uraian yang
memperjelas tentang tumbuhan tersebut. Nama umum atau nama daerah suatu jenis
gulma akan menyulitkan para pemakai istilah itu bila bukan berasal dari nama
daerah dengan bahasa yang dikenalnya. (Moenandir, 1993)
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan.
Diantaranya: pertumbuhan tanaman menjadi terhambat sehingga waktu mulai
berproduksi lebih lama ( fase immature tanaman lebih panjang ), penurunan
kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, produktivitas kerja terganggu,
gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit bagi tanaman budidaya, biaya
pengendalian gulma yang sanga mahal (barus emanuel. 2003).
Gulma dikenal karena adanya oerlakuan manusia pada sebidang tanah untuk
ditanami dengan tanaman yang dapat karena kebutuhannya. Berarti manusialah yang
karena kebutuhannya secara subjektif membedakan tanaman menjadi gulma dan bukan
gulma. Tanaman bukan gulma dapat termasuk petanaman yang dibudidayakan, tanaman
rudde, dan tanaman liar. Gulma terhadap pertanaman merupakan tanmaan pesaing. (Moenandir,
1988)
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma
bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi
suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu
pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini
tidak mengikat suatu spesies tumbuhan.
Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya,
tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu.
Contoh, kedelai yang tumbuh
di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat
dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya
merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal
sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. (Jumin
Hasan Basri, 1978)
Dalam mengidentifikasi gulma dapat
ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara ini:
1) Membandingkan gulma tersebut dengan material yang
telah diidentifikasi di herbarium.
2) Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang
yang bersangkutan.
3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
5) Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia
(Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya
tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan,
makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies
tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun
demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma
itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman
budidaya (Sukman, 1991).
Gulma mengkibatkan
kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman
utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam
pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas
produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu
pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya,
sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran
pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa
spinosa di antara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber
penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon
merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia,
misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos
usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah,
penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi
efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng
gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga
mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak
dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan
pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air,
mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. (Moenandir,
1988)
Gulma antara lain didefinisikan
sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki
manusia. Tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, hal ini dapat
berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau
kegunaannya.(Tjitrosoedirdjo, 1984).
Pengamatan populasi gulma pada suatu
lahan yang sangat luas sulit dilakukan secara menyeluruh, karena terbatasnya
waktu, tenaga dan dana. Untuk itu dilakukan pengambilan sampel.
Pengambilan sampel harus dapat mewakili atau menggambarkan populasi yang
beragam (Triharso, 1996).
Ada 4 macam cara pengambilan sampel
dari lahan, yaitu:
1. Pengambilan
sampel secara langsung
2.
Pengambilan sampel secara acak tidak
langsung
3.
Pengambilan sampel bertingkat
4. Pengambilan
sampel secara beraturan
Cara pengambilan sampel ini adalah
kenyataannya memberikan hasil yang lebih mewakili kondisi lapangan yang
diamati. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan
metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan
vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping), digunakan metode titik (point
intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup
waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh
peneiliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan
geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya,
serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti peta, lokasi yang bisa dicapai, waktu
yang tersedia, dan lain sebagainya (Tjitrosoediro, 1984).
Pada dasarnya data yang diperoleh
dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu data kualitatif dn
data kuantitaif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis
tumbuhan tersebar dalam kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan lain
sebagainya; sedang data kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/
kering suatu jenis, luas daerah yang ditumbuhinya. Data kuantitatif
didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh di lapangan, sedangkan data
kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas
atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoediro, 1984).
Metode analisis vegetasi yang lazim
digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan
metode titik. (Tjitrosoediro, 1984).
1. Metode
estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik
tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah
satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas. Besaran yang
dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran.
2. Metode
kuadrat
Yang dimaksud kuadrat di sini adalah
suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan kuadrat (misalnya m2,
cm2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa
segi-empat (kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran.
3. Metode garis
Metode garis atau rintisan, adalah
petak-contoh memanjang, diletakkan di atas sebuah komunitas vegetasi.
4. Metode titik
Metode titik merupakan suatu variasi
metode kuadrat. Jika sebuah kuadrat diperkecil sampai titik tidak
terhingga, akan menjadi titik.
Sebagai tumbuhan, gulma juga
memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain misalnya kebutuhan
akan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya, ruang dan lain
sebagainya (Moerandir, 1988).
Penanggulangan gulma terbaik
dilakukan dengan mempraktekkan pengendalian terpadu. Disamping itu, upaya
menjaga agar populasi gulma tidak melampaui ambang ekonomi, perlu didukung oleh
kesadaran, pengamatan dan pendidikan para pelaku usaha tani (Rukmana, 1999).
Data yang diperoleh dari analisis
vegetasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif yaitu data yang menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar
dan berkelompok. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang menyatakan
jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang
ditumbuhinya (Soekisman, 1984).
Gulma juga mempunyai nilai positif
yang memberikan keuntungan bagi tanaman budidaya. Pertama, gulma dapat
mengurangi resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman tanaman budidaya.
Kedua, gulma dapat menjadi inang hewan predator bagi hama – hama yang merusak
tanaman. Gulma juga dapat berperan sebagai LCC (Legume cover crop) (Iskandar, 2009).
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk
menekan atau mengurangi pertumbuhan populasi gulma sehingga penurunan hasil
yang diakibatkannya secara ekonomi menjadi tidak berarti. Cara pengendalian
gulma berbeda berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman pada
umumnya. Pestisida adalah racun untuk membunuh serangga (insektisida), fungi
atau cendawan, nematoda dan lain-lain hama dan penyakit pengganggu rumah
(Wudianto, 1990).Herbisida adalah salah satu jenis pestisida yang merupakan
bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mematikan
tanaman pengganggu/gulma (Purba, 2009)
Besar kecilnya persaingan gulma
terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan
tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman pokok, jika dilihat dari
segi gulmanya sangat ditentukan oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat
kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma,
jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya
allelopati. (Tjitrosoedirdjo,1984)
Gulma dan pertanaman adalah
sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya.
Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab terjadinya kompetisi
intra spesifik dan kompetisi inter spesifik. (Sastrahidayat,1990)
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada
lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum
masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya
ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut. Terjadinya kompetisi atau
persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan zat
makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah, penangkapan cahaya,
penyerapan air dan ruang tempat tumbuh. Sebagian besar tumbuhan gulma
dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun), berupa
senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain
disekitarnya (Martin,2001).
Kondisi lingkungan yang baik untuk tanaman budidaya juga dapat
menstimulir pertumbuhan gulma. Gulma lahan kering merupakan faktor penting
dalam penurunan produksi pertanian karena bersaing efektif selama seperempat
sampai sepertiga umur tanaman pangan dan menurunkan hasil 12 - 80%, sehingga
pengendalian gulma merupakan suatu keharusan di daerah yang dipupuk karena
gulma lebih banyak menyerap unsur hara dan lebih kuat bersaing dari pada
tanaman budidaya (Madkar dkk, 1986).
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif
maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan,
dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun
manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang
berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk
tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma,
dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong
(Barus, 2003).
Kemampuan gulma menekan pertumbuhan tanaman budidaya sangat ditentukan
oleh jenisnya, kepadatan dan lamanya gulma tumbuh di pertanaman. Ketiga faktor
tersebut menentukan derajat persaingan gulma dalam memperoleh sumberdaya yang tersedia.
Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk membatasi investasi gulma
sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan
efisien atau merupakan prinsip mempertahankan kerugian minimum yaitu menekan
populasi gulma sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi
atau tidak melampaui ambang ekonomi, namun dalam pengendaliannya diperlukan
pengetahuan yang cukup tentang gulma yang bersangkutan dan teknik
penanggulangannya dan salah satu perbaikan teknik budidaya adalah usaha
pengelolaan gulma dengan tidak merusak lingkungan (Froud-Williams, 2002).
III
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
1.
Bahan
Bahan sekaligus media yang
digunakan dalam praktikum ini ada dua macam yaitu lahan basah atau lahan bekas
penanaman padi dan lahan kering yaitu lahan bekas penanaman jagung.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
diantaranya yaitu
a. Alat sguare method ukuran 50 cm x 50
cm
b. Buku deskripsi gulma atau herbarium
c. Pacong atau corek
d. Kantong plastik
e. Alat tulis
f. Kertas Koran
g. Steples
h. Oven
B.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktiku ini yaitu sebagai
berikut :
a. Buat petak contoh
dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan alat square method ada lahan sawah dan lahan
kering
b. Lemparkan
pada lahan, kemudian cabut jenis gulma yang tumbuh pada petak tersebut
c. Masukkan gulma tersebut ke dalam kantong plastic
d. Lakukan hal
tersebut sebanyak masing-masing lima kali pada lahan kering dan lahan basah
e. Identifikasi
jenis gulma yang ada menggunakan buku deskripsi berdasarkan ciri morfologinya,
tulis nama spesiesnya serta jumlah spesies tanaman yang didapat pada
masing-masing petak
f. Bungkus masing-masing spesies menggunakan kertas koran, kemudian
oven selama 24 jam
g. Setelah
kering, timbang tanaman tersebut untuk mengetahui bobot keringnya
h. Hitung
KR (Kerapatan Relatif), FR (Frekuensi Relatif) dan DR (Dominansi Relatif), NJD
(Nilai Jumlah Dominansi) untuk lahan kering dan lahan basah.
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
|
No
|
Nama
Gulma
(Nama
Latin)
|
|
|
KM
|
|
KR
|
FM
|
FR
|
DM
|
DR
|
NJD / SDR
|
|
|
|
I
|
II
|
III
|
∑
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Cyperus
cyperoides
|
|
10
|
16
|
26
|
14,60
%
|
2/3
|
11,11 %
|
5,2 g
|
8,56 %
|
11,42 %
|
|
2
|
Alamania
nadiflora
|
|
10
|
4
|
14
|
7,86
%
|
2/3
|
11,11 %
|
4,1 g
|
6,75 %
|
8,57 %
|
|
3
|
Althermonthera
sesilis L.
|
|
17
|
4
|
21
|
11,79
%
|
2/3
|
11,11 %
|
13,3 g
|
21,91 %
|
14,93 %
|
|
4
|
Cynodon
dacylon
|
|
35
|
|
35
|
19,66
%
|
1/3
|
5,55 %
|
1,6 g
|
2,63 %
|
9,28 %
|
|
5
|
Eupotatium
niparium reg
|
1
|
|
|
1
|
0,56
%
|
1/3
|
5,55 %
|
0,6 g
|
0,98 %
|
2,36 %
|
|
6
|
Pogonatherum
paniceum Lamk
|
26
|
|
|
26
|
14,60
%
|
1/3
|
5,55 %
|
10,6 g
|
17,46 %
|
12,53 %
|
|
7
|
Mimosa
pudica
|
3
|
|
3
|
6
|
3,37
%
|
2/3
|
11,11
%
|
7,5 g
|
12,35 %
|
8,94 %
|
|
8
|
Digitakia
ciliaria
|
6
|
|
|
6
|
3,37 %
|
1/3
|
5,55 %
|
6 g
|
9,8 %
|
6,24 %
|
|
9
|
Bidens
biternata L
|
5
|
|
|
5
|
2,80
%
|
1/3
|
5,55 %
|
1,6 g
|
2,63 %
|
3,66 %
|
|
10
|
Eulisina
indica
|
|
|
10
|
10
|
5,61 %
|
1/3
|
5,55 %
|
3,6 g
|
5,93 %
|
5,69 %
|
|
11
|
Rostellaria
sundana bremek
|
|
|
13
|
13
|
7,30 %
|
1/3
|
5,55 %
|
0,5 g
|
0,82 %
|
4,55 %
|
|
12
|
Uraria
lagopodioides L
|
|
|
11
|
11
|
6,17 %
|
1/3
|
5,55 %
|
1,4 g
|
2,30 %
|
4,67 %
|
|
13
|
Mikania
micranta
|
|
|
1
|
1
|
0,56
%
|
1/3
|
5,55 %
|
3 g
|
4,94 %
|
3,68 %
|
|
14
|
Ischaerrum
rugosum salisb
|
3
|
|
|
3
|
1,68
%
|
1/3
|
5,55 %
|
1,7 g
|
2,80 %
|
3,34 %
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
178
|
99,93
%
|
18/3
|
99,94 %
|
60,7 g
|
99,86 %
|
99,86 %
|
B. Pembahasan
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan
gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi
dengannya secara khas. Selain salah tempat gulma juga salah satu jenis tumbuhan
yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang
miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi (Jody Moenandir,1988).
Peran Positif Gulma bagi Lingkungan
Gulma juga mempunyai pengaruh positif dalam lingkungan
yaitu bermanfaat untuk:
a.
Melindungi tanah dari erosi
Imperata
cylindrica, paspalum, conjugatan, axonopus. Gulma – gulma tersebut menjalar
pada perakaran tanah sehingga dapat menahan air sehingga tidak terjadi
erosi.
b.
Menyuburkan tanah
c.
Gulma yang dapat menyuburkan tanah yaitu Centrocema
pubescens, Rureuria Javanica.
d.
Sebagai Inang Pengganti
Gulma juga
dapat berperan sebagai predator serangga hama atau patogen.
e.
Sebagai Musuh Alami
Contoh gulma
sebagai musuh alami yaitu Cytrohynus lividevenis, Diadema Ecerophaga
f.
Sebagai Trop Crop
Gulma yang
berfungsi sebagai Trop Crop yaitu Tripascum laxum pada teh, Platylenchus
Titonia Diversipolia.
g.
Sebagai Tanaman Penghalang
Contohnya
Tagetes patula, Meloidgyne Hapla.
h.
Sebagai Herbalium
Peran Negatif Gulma
1. Kerugian Akibat Gulma
2. Kompetisi
A. Kompetisi Gulma terhadap
Tanaman
(1) Persaingan memperebutkan hara
(2) Persaingan memperebutkan air
(3) Persaingan memperebutkan
cahaya
(4) Lama keberadaan gulma
(5) Kecepatan tumbuh gulma
(6) Habitus gulma
(7) Jalur fotosintesis gulma (C3
atau C4)
(8) Allelopati
B. Kompetisi Intraspesifik dan
Interspesifik
Manfaat Gulma adalah sebagai berikut :
- Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik. Contoh Ageratum conyzoides, pistia stratiotes dll
- Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi. Contoh Mimosa invisa, Tithonia diversifolia
- Sebagai Bahan Makanan ternak. Contoh Pennisetum purpureum, Cynodon dactylon
- Bahan Penutup Tanah/Mulsa.Contoh Mimosa invisa
- Sebagai Obat Tradisional Contoh Mimosa invisa, Imperata cylindrica
- Sebagai Bahan Makanan atau sayuran Contoh Cyperus rotundus
1.
Identifikasi
Menurut Soekisman, gulma dapat diidentifikasi
dengan menempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah
ini :
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah
diidentifikasi di herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang ada.
5. Membandingkan dengan illustrasi yang berbeda.
2.
Klasifikasi
Klasifikasi gulma dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Misalnya, gulma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat
morfologi, siklus hidup, habitat (tempat tumbuhnya), ataupun berdasarkan
pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan dan terhadap tanaman sawah.
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan
(artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan
tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling
umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai
hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan
sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin
dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang merupakan
kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami
pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang
penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem
buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai
hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat
dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges),
gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).
1. Gulma
Berdaun Sempit (Grasses)
Gulma
berdaun sempit memiliki cirri khas sebagai berikut : daun menyerupai pita,
batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tanaman tumbuh tegak atau menjalar,
dan memiliki pelepah serta helaian daun.
2. Gulma
Teki-Tekian (Sedges)
Gulma
jenis teki-tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, namun memiliki batang
berbentuk segitiga.
3. Gulma
Berdaun Lebar (Broad Leaves)
Pada
umumnya, gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada
juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar memiliki ciri-ciri bentuk daun
melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar.
4. Gulma
Pakis-Pakisan (Ferns)
Gulma
jenis pakis-pakisan (ferns) pada umumnya berkembang biak dengan spora dan
berbatang tegak atau menjalar. (Emanual Barus, 2010)
Berdasarkan umurnya, gulma dikelompokkan
menjadi:
Ø Gulma
tahunan (Perennial weed), gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun.
Ø Gulma
semusim (Annual weed), gulma yang akan mati setelah menghabiskan satu siklus
daur hidupnya.
Ø Gulma
daun semisim (Bi-annual weed), gulma yang hanya tumbuh di daerah subtropika
pada dua musim.
Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan
menjadi:
Ø Gulma
darat (Terestrial weed),
Ø Gulma
air (Aquatic weed),
Ø Gulma yang menumpang pada tumbuhan lain
(Aereal weeds).
Identifikasi Gulma :
1.
Cyperus cyperoides
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu /
monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus:
Cyperus
Spesies: Cyperus cyperoides
Bunga: Jukut pendul tumbuh bergerombol dengan rimpang yang pendek dan merayap, letaknya sedikit
kebawah permukaan tanah Batang: tegak persegi tiga, pejal,
dan hanya berdaun di dekat pangkalnya. Daun:
daun pada pangkal batang berjumlah 2 - 4 helai berbangun baris, panjang
menyempit berujung runcing dengan panjang 3 cm - 10 cm, lebar 1,3 cm - 4 mm
berwarna hijau tua. Bunga dari tanaman ini
berbentuk bundar memanjang dengan warna hijau muda dengan ukuran 4-8 mm.

Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliatae
Order : Caryophyllales
Family : Amaranthaceae
Genus : Allmania
Herbal tahunan , tegak
atau menaik , tinggi 10-50 cm . Batang bercabang dari atau dekat dasar, gundul
atau samar-samar puber . Tangkai daun 2-10 mm , helai daun bulat telur terbalik
, lonjong , atau linier , 1,5-6,5 mm x 0,3-2,5 cm , kedua permukaan gundul atau
adaxially puber , basis tipis, apex akut atau tumpul , dengan mucro a . Kepala
bulat , menjadi agak diperpanjang , dengan cymes 3-7 - bunga , malai 0,2-3,5 cm
, gundul atau puber . Bracts dan bracteoles bulat telur - lanset , 3-5 mm ,
putih pada marjin dan dengan. Hijau atau ungu midvein , ujung meruncing panjang
. Tepal miring menyebar dengan bunga mekar , kemudian tegak, bulat telur -
lanset atau lonjong - lanset , 4-5 mm . Benang sari 5 , filamen bawaan di
pangkalan . Ovarium bulat telur , berbulu , gaya hampir sepanjang filamen .
Utricles tertutup dalam perianth persisten , hijau pucat , bulat telur , 3-3,5
mm diameter . , Pecah oleh tutupnya . diameter benih 1,5-2 mm .
3.
Althernanthera sessilis L.

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Sub Kingdom :
Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :
Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil
Sub
Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus : Alternanthera
Spesies : Alternanthera sessilis (L.)
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus : Alternanthera
Spesies : Alternanthera sessilis (L.)
Herba menahun, berumpun kuat, tinggi 0.2 – 0.5 m. Tumbuh pada ketinggian
5 – 1600 m. Buah di Jawa
tidak berkembang dengan sempurna. Batang berambut tipis yang merata. Daun
bentuk solet sampai memanjang, kerapkali kemerah-merahan atau bernoda. Bunga
dalam tongkol duduk, kadang-kadang seolah-olah bertangkai, tidak berduri
tempel; dalam ketiak dan garpu. Daun pelindung kecil, runcing, bertepi semacam
selaput. Daun tenda bunga 5, runcing, keputih-putihan serupa selaput, panjang
kurang lebih3 mm, bertulang daun 3, dari luar berambut. Benang sari 5. tangkai
sari pada pangkalnya bersatu seperti mangkok yang pendek. Kepala sari
berganti-ganti degnan taju yang berbentuk pita pada ujung yang berbagi dalam
umbai. Tangkai
putik pendek, kepala putik berbentuk tombol.
4. Cynodon dactylon L.

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus
: Cynodon
Spesies : C. Dactylon
Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di daerah cerah
matahari < 1 – 1650 m.Rumput menahun dengan tunas menjalar yang
keras, tinggi 0.1 – 0.4 m. Batang langsing, sedikit pipih, yang tua
dengan rongga kecil. Daun sempit kerapkali jelas 2 baris. Lidah sangat pendek.
Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiuran, berambut atau gundul,
2.5 – 15 kali 0.2 – 0.7 cm. Bulir 3 – 9, mengumpul, panjang 1.5 – 6 cm. Poros
bulir berlunas. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas,
menghadap ke satu sisi, menutup satu dengan yang lain secara genting, duduk,
ellips memanjang, panjang kurang lebih 2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 –
2 yang terbawah tetap tinggal. Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala
putik ungu, muncul di tengah-tengah anak bulir.
5.
Eupatorium riparium Reg.

Klasifikasi :
Nama Ilmiah : Eupatorium riparium Reg.
Nama Umum : Teklan
Famili : Asteraceae
Kegunaan : sebagai diuretikum
Famili : Asteraceae
Kegunaan : sebagai diuretikum
Tumbuhan tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis yang
membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang dan duduk daunnya berhadapan, sehingga terbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai. Baunya
seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada bongkol yang banyak terdapat di ujung
batang dan pada ketiak daun-daun teratas, berwarma oranye berbintik-bintik
kuning di tengah-tengahnya, dan bijinya berbentuk paruh.
6. Pogonatherom
paniceum lank (Rumput Bambu)

Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub
Kelas :
Poaceae
Ordo :
poales
Famili :
Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus :
Pogonatherum
Spesies :
Pogonatherum crinitum
Terna, menahun,
tinggi 15-60 cm. Bulat, beruas-ruas, tertutup pelepah daun, licin,
kuningkehijauan. Tunggal, berseling, tidak bertangkai, pelepah memeluk batang,
helaian daun bentuk garis lanset, ujung runcing, panjang 5-10cm, lebar 4-8 mm,
pertulangan sejajar, permukaan kasar, tipis, lembut, hijau kekuningan. Majemuk,
di ujung batang, bentuk bulir, panjang 3-6 cm, berkelamin ganda, warna kuning
kemerahan. Tunggal, bentuk elips, kecil, warna hijau kekuningan. Bentuk elips,
kecii, putih. Serabut, putih kekuningan.
7.
Mimosa pudica

Klasifikasi:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Familia : Mimosaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica L.
Daun berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak
daun setiap sirip 5 – 26 pasang. Batang bulat, berambut, dan berduri tempel.
Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah.
Kelopak sangat kecil, bergigi 4, seperti
selaput putih. Tabung mahkota kecil, bertaju 4, seperti selaput putih. Buah
berbentuk polong, pipih, seperti garis.
8. Digitaria ciliaris

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub
Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Digitaria
Spesies : Digitaria ciliaris
Rumput yang berumpun, yang pada pangkalnya
kerap kali dengan batang yang merayap; tinggi 1-1,2
m. Tumbuh-tumbuhan agak mudah berubah tumbuh pada segala macam
keadaan tanah pada ketinggian 1- 1800 m.
Batang pipih yang besar semakin ke bawah berongga. Pelepah daun terletak
jadi satu pada batang. Lidah sangat pendek.
Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, keunguan. Bulir 2-22 per karangan bunga,
tertancap pada ketinggian yang tidak sama. Poros bulir bertunas, panjang
2-21 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri sendiri dan
berpasangan tetapi dengan tangkai yang tidak sama panjang, ellips memanjang,
rontok bersama-sama, panjang 2-4 mm. Rambut tepi dari sekam pada masaknya buah
saling menjauh. Benang sari 3, kepala sari kuning atau ungu. Tangkai putik
2. Kepala putik muncul dekat ujun daripada anak bulir, ungu merah.
9.
Bidens biternata L (Ajeran)

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Warga : Bidens
Jenis : Bidens biternata L.
Nama umum : Ajeran
Nama daerah : Hareuga (Sunda), Jaringan, Ketut (Jawa)
Nama Inggris : Spanish needle
Morfologi
Termasuk tumbuhan liar dan banyak ditemui di
pinggir jalan. Kadang-kadang ditanam di halaman sebagai tanaman hias. Tumbuhan
ini tingginya dapat mencapai 150 cm. Batang berbentuk segi empat, warna hijau.
Daun bertiga-tiga, masing – masing berbentuk bulat telur, pinggir bergerigi. Bunga
bertangkai panjang, mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning.
Ekologi
Tumbuhan
ini berasal dari Amerika Selatan menyebar ke Afrika dan Asia. Ajeran merupakan
tanaman liar, dan sering dianggap sebagai gulma pada ladang sayuran. Bagian
tanaman yang digunakan adalah biji dan seluruh bagian tanaman yang berada di
atas tanah (herba) Bersifat sebagai insektisida.
10. Eleusine indica

Klasifikasi :
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas :
Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies :
Eleusine indica (L.) Gaertn
Herba, dengan perakaran yang kuat, berumpun dengan jumlah sedikit
buluh sering bercabang pada bagian pangkalnya, tinggi tiap buluh bias mencapai
50 cm, tiap buku terdapat 3-5 daun yang saling menutupi, dari ketiak daun
tumbuh tunas baru. Pelepah berwarna hijau muda, berbulu halus penjang.
Perbungaan : tegak berdiri di atas 4-6 bulir terpusat diujung, 1 atau 2 bulir
yang dibawah berseling, panjang bulir 3-5 cm, buliran rata dan licin 4-12
bunga.
11. Rostellularia sundana bremek
Klasifikasi
:
Kingdom: Plantae
Phylum: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Order: Lamiales
Family: Acanthaceae
Genus: Rostellularia
Species: Rostellularia sundana
Herba, daunnya tunggal, berhadapan, dan tanpa daun penumpu. Bunga
terkadang tunggal/berpasangan, tumbuh dari ketiak daun, dan ada pula yang
tumbuh membentuk bulir dan tandan.
Buganya berkelamin 2, setangkupnya tunggal. Kelopak bunganya terbagi dan dekat
dengan pangkalnya. Ada yang berlekuk, dan berjumlah 4-5 buah. Mahkota bunganya kebanyakan berdaun 5, berbibir 2
dengan tabung yang panjang. Benang sarinya 4, panjangnya 2 cm, sering memiliki staminodia
1-3. Akal buah menumpang, beruang dua, kebanyakan dengan 2-8 bakal biji tiap
ruang. Tangkai putik 1, bentuknya benang; kepala putik kebanyakan memiliki 2
taju.[1]
12.
Uraria
lagopodioides L.
Klasifikasi
Divisi :Magnoliophyta
Family :Papilionaceae;
Fabaceae.
Kelas :Magnoliopsida
Bangsa :Rosales
Suku :Fabaceae/leguminosae/papilionaceae
Marga :Uraria
Jenis :Uraria
lagopodioides (L.) Desv. ex DC.
Morfologi
Sebuah kayu semak kecil bersujud
dan naik, panjang
30-90 cm. Daun
panjang 2,5-5 cm;
selebaran soliter atau 3-foliolate, lonjong,
belah ketupat, bulat, bawah berbulu. Racemes
padat, lonjong, panjang
2,5-6,3 cm, 2
cm melalui. Bunga
putih. Polong panjang 3,8 cm dan lebar
2 cm.
Ekologi
Di
Fiji, umum di lereng berumput di zona
kering, terutama di sepanjang pantai bawah angin, dan
dapat ditemukan sampai ketinggian 750 m
sebagai gulma di
padang rumput, perkebunan, desa, dan tempat-tempat sampah. Di Niue, kadang-kadang
terlihat di padang rumput tua atau tempat sampah, di mana lokal umum. Di Tonga, sesekali
sebagai gulma di
daerah perkebunan dan limbah.
13.
Mikania micrantha

Indonesia :Mikania, sembung
rambat (Jawa)
Inggris :Mile-a-minute
weed, bittervine, Chinese creeper
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping
dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania
micrantha Kunth
Mikania micrantha merupakan gulma tahunan
yang tumbuh merambat dengan cepat. Mikania termasuk dalam gulma penting pada
kelapa sawit yang dapat tumbuh hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania umumnya
tumbuh dominan pada areal kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) hingga dapat
meimbelit/menutupi seluruh pelepah/tajuk kelapa sawit.
Mikania juga menghasilkan senyawa
alelopati berupa phenol dan flavon. Mudah berkembang biak melalui potongan
batang dan biji. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh
stek dapat mencapai 95%.
Batang M. micrantha tumbuh
menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus.
Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang
saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati
dengan panjang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm. Permukaan daun
menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi.
Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil
dengan panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji
dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2mm.
14.
Ischaerrum rugosum
salisb
Klasifikasi :
Kingdom :Plantae
Phylum/Division :Magnoliophyta
Class :Monocots
Order :Poales
Family :Poaceae
Genus :Ischaemum
Species : Ischaemum rugosum
Ischaemum rugosum adalah gulma serius di
dataran rendah, di mana ia muncul banyak di tanaman yang disukai. Ischaemum rugosum digunakan sebagai
pakan untuk hewan. Ini juga menyediakan bahan yang cocok untuk kompos.
Morfologi
Sebuah tegak atau menaik tahunan atau
tahunan, sampai dengan tinggi 100 cm. Stem sering keunguan, biasanya memiliki
rambut di node, silinder.
Daun pisau 10-30 cm panjang, gundul atau dengan rambut yang tersebar pada kedua permukaan, dikompresi selubung agak longgar dan hijau atau keunguan, dengan rambut pada marjin, ligule membran dan menyatu dengan auricles.
Perbungaan dipasangkan paku terminal yang sering kuat menempel satu sama lain, sehingga muncul seperti lonjakan tunggal. Pada saat jatuh tempo, memisahkan menjadi dua tandan spike seperti. Spikelets dipasangkan, satu adalah sessile, yang pedicelled lainnya, sessile hijau kekuningan gabah, hingga 6 - mm - panjang, glume pertama menonjol melintang keriput, spiral awns di pangkalan, berwarna gelap.
Daun pisau 10-30 cm panjang, gundul atau dengan rambut yang tersebar pada kedua permukaan, dikompresi selubung agak longgar dan hijau atau keunguan, dengan rambut pada marjin, ligule membran dan menyatu dengan auricles.
Perbungaan dipasangkan paku terminal yang sering kuat menempel satu sama lain, sehingga muncul seperti lonjakan tunggal. Pada saat jatuh tempo, memisahkan menjadi dua tandan spike seperti. Spikelets dipasangkan, satu adalah sessile, yang pedicelled lainnya, sessile hijau kekuningan gabah, hingga 6 - mm - panjang, glume pertama menonjol melintang keriput, spiral awns di pangkalan, berwarna gelap.
Ekologi
Merambat dengan biji ,Benih tidak
berkecambah sementara terendam meskipun, setelah munculnya , mereka dapat
tumbuh dengan mudah dalam kondisi banjir . Ischaemum rugosum ditemukan dalam
kondisi basah , terutama di sawah tanam benih langsung .
3. Analisis
Vegetasi
Jenis
gulma yang menyusun suatu vegetasi sangat bermacam-macam dan banyak dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan atau habitatnya. Untuk mengetahui penyusun vegetasi
secara tepat dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi berfungsi untuk
menentukan cara pengendalian gulma yang tepat dan mengetahui perubahan vegetasi
akibat adanya pengaruh suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan dalam
analisis vegetasi dapat disesuaikan dengan tujuan dan struktur vegetasinya.
Beberapa metode analisis vegetasi yaitu metode titik (Point Intercept Methods),
metode kuadrat (Quadrat Methods), dan metode garis (Line Intercept Methods).
Cara pengambilan letak sampel tergantung pada keragaman dan distribusi
vegetasinya. Apabila komposisinya merata, cukop diambil satu petak sampel
ditengah areal sehingga dapat mewakili vegetasi tersebut. Untuk vegetasi yang
distribusinya beragam, mengambil petak sampel dapat dilakukan secara acak
langsung, acak beraturan atau acak bertingkat.( Siti Astuti, 2006)
Konsepsi dan metode analisis vegetasi
sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan
tujuannya. Parameter yang digunakan adalah kerapatan, frekuensi dan dominansi.
1.
Kerapatan, yaitu menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan
pada tiap petak contoh.
2. Frekuensi. yang dimaksud frekuensi jenis
tumbuhan adalah beberapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat jenis
tersebut, dan sejumlah petak contoh yang dibuat
3.
Dominansi, istilah ini digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang
ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya.
Pada
lahan sawah dan lahan kebun, dilakukan perhitungan mengenai :
1). Kerapatan
mutlak (Km) suatu jenis = jumlah individu jenis itu dalam petak contoh.
Kerapatan nisbi (Kr) suatu jenis = Kerapatan
mutlak jenis itu X 100%
Jumlah kerapatan mutlak semua jenis
2). Frekuensi mutlak (Fm) suatu spesies adalah
hasil pembagian jumlah petak contoh berisi spesies itu dengan jumlah semua
petak contoh yang diambil.
Frekuensi
nisbi (Fr) = Frekuensi spesies itu
X 100%
Jumlah
frekuensi mutlak semua spesies
3). Dominasi mutlak suatu jenis = jumlah dari nilai kelindungan atau
nilai luas basal atau nilai biomassa atau volume dari jenis itu.
Dominansi nisbi (Dr) =Dominansi nisbi suatu
spesies itu X 100 %
Jumlah Dominansi mutlak semua spesies
Nilai Jumlah Dominansi (NJD) = Kr
+ Fr + Dr
3
4). Koefisien Komunitas Gulma =
Peubah yang diamati pada contoh tanah
meliputi pertumbuhan gulma, kerapatan dan frekuensi gulma, nilai penting sum of
dominance ratio (SDR) dan koefisien komunitas (Moenandir, 1993). Koefisien
komunitas (C) dihitung berdasarkan 2W/(A+B)x100%; (W: Jumlah dari dua kuantitas
terendah untuk jenis dari masing-masing spesies, A : Jumlah dari seluruh
kuantitas pada komunitas pertama; B : Jumlah dari seluruh kuantitas pada
komunitas kedua).
Untuk
melakukan uji diatas, diperlukan lahan bergulma yang akan mendapat perlakuan
herbisida. Sedangkan untuk memperoleh hasil uji yang akurat, maka beberapa
lahan yang akan mendapat perlakuan harus sama dalam keragaman jenis gulmanya.
Oleh sebab itu dibuatlah metode penentuan koefisien komunitas dari kerapatan
nisbi spesies-spesies gulma dalam lahan-lahan tersebut untuk mendapatkan indeks
kesamaan dari komunitas-komunitas gulma yang mendapat perlakuan.Jenis gulma
dalam komunitas atau lebih baru dapat dikatakan homogen apabila indeks kesamaan
dari kedua komunitas lebih besar atau sama dengan 75%. Dengan demikian, jika
dua lahan memiliki indeks kesamaan kurang dari 75% dapat dikatakan bahwa dua
lahan tersebut memiliki jenis-jenis gulma yang berbeda atau tidak homogen.
Dari
data setiap spesies dapat dilakukan perhitungan nilai
Kerapatan Mutlak (KM),yaitu jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak
contoh. Kerapatan Nisbi atau Kerapatan Relatif (KN/KR),yaitu perbandingan
antara KM spesies tertentu terhadap jumlah KM semua spesies. Frekuensi Mutlak
(FM), Frekuensi Nisbi atau Frekuensi Relatif (FN/FR). Selain itu, dapat
dilakukan perhitungan Nisbah Jumlah Dominansi (NJD), yaitu suatu parameter yang
menunjukkan spesies apa yang dominan dalam suatu area. Seperti yang dikemukakan oleh Bangun (1996)
bahwa cara perkembangbiakan yang komplek (rhizoma, umbi, biji) merupakan faktor
utama penyebab dominannya gulma
Gulma dominan dalam praktikum ini ditentukan
berdasarkan nilai NJD yang diperoleh adalah gulma yang memiliki nilai NJD
paling besar yaitu Althermonthera sesilis L.
dengan nilai NJD 14,93% kemudian
KM sebesar 21 KR sebesar 11,79%, FM sebesar 2/3
FR sebesar 11,11%, DM sebesar 13,3 dan DR sebesar 21,91 %.
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari
data hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai identifikasi dan analisis vegetasi gulma, yaitu sebagai berikut :
1.
Gulma adalah tumbuhan yang
kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang
bisa dicapai oleh tanaman produksi.
2.
Gulma diidentifikasi berdasarkan
ciri morfologinya, kemudian ditulis nama spesies, morfologi dan
perkembangbiakannya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
3.
Gulma dominan yang diperoleh adalah gulma yang memiliki nilai NJD paling
besar yaitu Althermonthera sesilis L. dengan nilai NJD 14,93% kemudian KM sebesar 21 KR sebesar 11,79%, FM sebesar 2/3 FR sebesar 11,11%, DM sebesar 13,3 dan DR sebesar 21,91 %.
B. SARAN
1. Pada
praktikum mengidentifikasi tumbuhan khususnya gulma lebih di teliti lagi dengan
menggunakan pustaka yang lebih lengkap.
2. Pada
proses pengeringan dengan menggunakan oven agar lebih di percepat, sehingga
dalam penghitungan lebih efektif.
3. Praktikan
lebih teliti lagi dalam penghitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, P. 1986. Masalah dan Prospek Pengendalian Gulma Secara Kimia
Pada Tanaman Padi Sawah di Masa Depan. Balai Penelitian Tanaman Pangan.
Bogor. Jurnal Litbang Pertanian. V (1).
Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan.
Kanisius: Yogyakarta.
Froud-Williams
R.J. Ecological implications of agronomy for Weed management in
integrated farming systems. Aspects
of Applied Biology, 62: Farming systems for the new millenium, 2000, 143-150.
Iskandar, Riska. 2009. Analisis Vegetasi Gulma
Kuantitatif (online). http://riskaiskandar.blogspot.com/2009/02/analisis-vegetasi-gulma-kuantitatif.html. Diakses
pada tanggal 20 oktober 2013
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Gulma dan
Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma Buku 1). Rajawali Press : Jakarta.
Nata wigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman. Bandung: Trigenda
Karya.
Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam
Pengandalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma dan Toleran Herbisida. Jurnal
USU.
Purba, E. 1996. Dasar Ilmu Gulma. USU Press. Medan
Rukmana, Rahmat, Suganda Saputra. 1999. Gulma
dan Tehnik Pengendalian. Kanisius : Yogyakarta.
Sastrahidayat, Ika R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Usaha Nasional. Surabaya.
Sukman, Yernelis. 1991. GulmadanTeknikPengendaliannya.
RajawaliPers, Jakarta.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga.
Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, Soekisman dkk. 1984. Pengelolaan
Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia : Jakarta
Triharso. 1996.Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Tidak ada komentar:
Posting Komentar