Kamis, 24 Oktober 2013

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH


ACARA IV
PENGENALAN PROFIL TANAH









Disusun oleh:
Nama            : Triyanto Pamungkas
Nim              : A1C112039
Kelompok    : 2
Kelas            : Agribisnis Paralel










KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013




BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas kebagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah.
Dinamika dan evolusi alam ini terhimpun dalam definisi  bahwa tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsoildated) terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor  genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi pada suatu priode waktu tertentu. Satu ciri pembeda utama adalah tanah ini secara fisik, kimiawi dan biologis,  serta ciri–ciri lainnya umumnya berbeda di banding bahan induknya, yang variasinya tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah, jenis- jenis tanah serta horizon–horizon tanah tersebut.
Secara vertikal tanah berdifferensiasi membentuk horizon-horizon (lapisan-lapisan) yang berbeda - beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik kimia, fisik dan biologis masing-masing. Pada hal ini profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi oleh cuaca disebut solum tanah.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum lapangan tentang profil tanah untuk lebih meningkatkan pemahaman kita terhadap tanah sebagai media tumbuh tanaman.
  1. Tujuan
Tujuan  dari pengamatan profil tanah adalah untuk mengetahui sifat fisik, biologi, dan kimia pada tanah ultisol serta faktor–faktor yang mempengaruhinya. Dengan diketahuinya sifat–sifat dan tabiat/ perilaku tanah akan dapat diketahui pula tentang tanaman apa yang sesuai untuk tanah vertisol, inseptisol, andisol, entisol, dan ultisol.
Kegunaan langsung dari pengamatan profil tanah ini antara lain sebagai bahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa dalam mempelajari profil tanah dengan mengetahui sifat kimiai tanah hanya dengan melihat warna tanah  ataupun sifat fisika tanah yang lainnya. 





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



Profil Tanah
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri dari lapisan–lapisan atau disebut horizon, yang bisa diamati dengan menggunakan profil tanah (Hakim,1986).
Profil tanah adalah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Dimana penelitian juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis tanah tertentu. Setiap jenis tanah dan tipe–tipe tanah memiliki ciri khas yang di pandang dari sifat–sifat fisik, kimia maupun biologinya. Dalam hal ini menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetik dalam tanah (Mulyadi, 2007).
Syarat-syarat penampang tanah antara lain sebagai berikut :
-          Lubang penampang harus besar, suupaya orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
-          Ukuran penampang 1,5x1 meter sampai bahan induk dan pemeriksaan disisi lubang penampang ruang sudah mendapat sinar matahari.
-          Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
-          Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemikiman.
-          Jika berair, maka air yang berada dlam penampang harus haris dikeluarkan sebelum pengmamatan.
-          Lakukan pengamatan pada sinar matahari cukup


Profil Tanah
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).
Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock)  (Anonim1, 2011).Horizon dan lapisan terbagi sesuai dengan (Anonim2, 2011) :
  1. Horizon organik : horizon organik dari tanah mineral
  1. Terbentuk pada bagian atas tanah mineral
  2. Terdiri atas oleh bahan-bahan  30%  jika berfrasi lempung.³organik segar/terurai sebagian 50%
  3. Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan lempung
-          O1       : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan bentukasli.
-          O2       : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.
  1. Horizon mineral yang terdiri atas:
  1. Horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan
  2. Lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan pengumpulan kwarsa atau mineral
  3. Horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau  C dibawahnya.
* Ciri-ciri Utamanya
  1. Pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun kombinasi.
  2. Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.
  3. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
  4. Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan asli,yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan ini dikelompokkan menjadi  3 golongan yaitu:
  1. Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
  2. Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah permukaan bumi.
  3. Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
O Horizon – Bagian atas, lapisan tanah organik, yang terdiri dari humus daun dan alas (decomposed masalah organik). A Horizon – juga disebut lapisan tanah, yang ditemui di bawah cakrawala O dan E di atas cakrawala. Bibit akar tanaman tumbuh dan berkembang dalam lapisan warna gelap. Itu terdiri dari humus (decomposed masalah organik) dicampur dengan partikel mineral.
E Horizon – Ini eluviation (leaching) adalah lapisan warna terang dalam hal ini adalah lapisan bawah dan di atas A Horizon B Horizon. Hal ini terdiri dari pasir dan lumpur, setelah kehilangan sebagian besar dari tanah liat dan mineral sebagai bertitisan melalui air tanah (dalam proses eluviation).
Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).
B Horizon – juga disebut lapisan tanah sebelah bawah – ini adalah lapisan bawah dan di atas E Horizon C Horizon. Mengandung tanah liat dan mineral deposit (seperti besi, aluminium oxides, dan calcium carbonate) yang diterima dari lapisan di atasnya ketika mineralized bertitisan air dari tanah di atas.R Horizon – The unweathered batuan (bedrock) yang lapisan bawah semua lapisan lainnya.

























BAB III
METODE PRAKTIKUM

  1. Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam praktikum “ Pengenalan Profil Tanah” adalah: bor tanah, clino meter,kompas,altimeter,pH saku,botol semprot,meteran,larutan H2O2 3%, larutan HCL 10%, larutan aa- dipiril  dalam 1N NH4Oac netral,aquades,buku munsell soil colour chart,kantong plastic,spidol,buku pedoman pengamatan tanah di lapang, dan daftar pprofil tanah. Adapun bahan yang di gunakan adalah”: tanah.
  1. Prosedur Kerja
  1. memilih pembuatan profil. Sebelum nya,dilakukan dengan pengeboran (boring) di tempat-tempat sekitar profil yang akan di buat sedalam 1meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
  2. menggali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2m,lebar 1,5m dan kedalaman 1,5m. di depan bidang pengamatan profil di buat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan pengamat.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Pengamatan

nomor lapisan
1
2
3
4
5
dalam lapisan "(cm)
0-13
13-32
32-45
45-61
61-76
simbol lapisan
O
A
E
B
C
batas lapisan
a
c



C



c



c



c


batas topografi
s



S



s



S



s



warna tanah
10 YR 2/2
10 YR ¾
5 YR 3/3
10 YR 3/4
5 YR 4/2
tekstur tanah

cl
l

S

L

s
cl
l

S
cl
l

s
cl


kandungan bhn ksr tanah


mn



Mn

fe



fe

mn

fe
mn


struktur tanah
1
c
ab

1
M
ab sb


f
g

1
g
p

1
f
p

Konsistensi
s
l
l

so po
L
S

ss
f
s

Ss
f
s

ss



Karatan












b

ba





pH tanah
5
6
6
6
6
reaksi thd HCL
Tidak
Tidak
tidak
tidak
Tidak
Perakaran
Kasar
Banyak
halus
sedikit
Halus

Berdasarkan data di atas, profil tanah terbagi atas beberapa bagian. Ada 5 nomor lapisan,yaitu no 1-5. lapisan 1, dalam lapisan dari 0-13cm. symbol lapisan adalah O. batas lapisan a dan c,dan batas topografi s. warna tanah ini 10 YR 2/2. Tekstur tanahnya lempung berliat. Kandungan bahan tanah bagian 1, terdapat kandungan Mn. Struktur tanahnya kasar. Konsistensi basah,lembab dan kering berturut-turut : lekat, lepas dan lepas.  pH tanah = 5. tidak tereaksi terhadap HCL. Dan perakaran kasar.
Cirri-ciri dari profil tanah 2, lapisan ini  dari kedalaman 13-32cm. symbol lapisan A,batas lapisan c,batas topografi s. warna tanah nya 10 YR 3/4. Tekstur tanahnya lempung berpasir. Ada kandungan Mn. Struktur tanahnya lemah, sedang.Konsistensi pada tanah basah : tak lekat dan tidak plastis, lembab : lepas, kering : lunak. Karatan : sedikit, pH tanah = 6, perakaran banyak, dan tidak ada reaksi terhadap HCL.
Profil tanah ke 3, kedalaman 32-45,symbol lapisan E. batas lapisan : c, sementara batas topografi : s. Warna tanah 5 YR 3/3. Tekstur tanahnya lempung liat berpasir, struktur tanahnya halus. Konsistensi basah : agak lekat,konsistensi lembab : gembur, dan kering : lunak. Jumlah karatan sedang,dengan ukuran kecil.  pH tanah 6, perakaran halus,dan tidak ada reaksi terhadap HCL.
Profil tanah ke 4, kedalaman 45-61, dengan symbol B. Batas lapisan : c, lapisan topografi : s. Warna tanah 10 YR 3/4. Tekstur tanah ini lempung liat berpasir, mengandung bahan Fe dan Mn. Struktur tanahnya lemah, halus. Konsistensi basah : agak lekat, konsistensi lembab : gembur, dan konsistensi kering :  lunak. Tidak ada karatan, ph tanah 6,perakaran sedikit.
Profil tanah ke 5,kedalaman 61-76, symbol : C. batas lapisan : c, batas topografi : s. warna tanah : 5 YR 4/2. Tekstur tanah mengandung liat berpasir. Ada kandungan Fe dan Mn. Struktur tanahnya lemah, halus. Pada konsistensi basah tanah agak lekat, sementara lembab gembur, dan jika kering tanah lunak. Tidak ada karatan, pH tanah = 6, tidak ada reaksi HCL, dan perakaran halus.
Prosedur dalam pengamatan profil tanah ini, di awali dengan memilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya, dilakukan pengeboran di tempat-tempat sekitar yang akan dibuat profil sedalam 1 meter. Pada 2 atau 3 titik berjarak 1 meter, agar tercapai keseragaman. Selanjutnya mulai menggali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran 2mx 1,5m x1,5 m. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga ke bawah untuk memudahkan pengamat turun . Tanah vertical mulai bisa diamati. Tanah ditusuk-tusuk menggunakan kayu, untuk menentukan horizon-horizon tanah. Ambil meteran untuk mengetahui batas antar horizon. Amati perubahan warna di setiap horizon. Amati juga tingkat perakarannya. Kemudian, tanah diambil secukupnya, untuk diamati di dalam laboratorium. Tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik.  Tanah diamati ke dalam laboratorium untuk diamati tekstur,struktur,konsistensi,PH, dll. Tanah diberi larutan HCL untuk mengetahui adanya kandungan kapur. Sedangkan tanah diberi larutan H2O2, untuk mengetahui adanya bahan organik.
Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi dan adhesi butir-butir tanah. Konsistensi tanah profil I dan tanah profil II pada lapisan satu dan lainnya adalah tanah yang plastis lekat. Hal ini disebabkan karena tanah profil I dan tanah profil II kaya akan fraksi liat, plastida dan juga kandungan liat lainnya yang cukup besar. Buckman dan Brady (1982) mengatakan bahwa daya lekat tanah bertambah besar dengan besarnya kandungan liat.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak terdapat karatan pada profil 2&3 karena pada tanah ini terjadi proses pencucian yang tinggi sehingga bahan yang membuat terjadinya karatan pada tanah seperti Fe dan Mn habis tercuci. Sedangkan pada profil II terdapat karatan hal ini disebabkan karena tanah pada tanah  ini tidak terjadi proses pencucian sehingga Fe dan Mn mengalami reduksi dan oksidasi.  (Buckman dan Brady,1982).
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1999).
Schoeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. gambar di bawah adalah gambar faktor pembentuk tanah.
Menurut Jooffe dan Marbut (1949), dua orang ahli Ilmu Tanah dari Amerika Serikat, Tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mieneral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya. Ada tiga hal penting yang dari definisi ini :
a)      Tanah itu terbentuk dan berkembang dari proses-proses alami
b)      Adanya diferensiasi profil tanah membentuk horizon-horizon
c)      Terdapat perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk dengan horizon-horizon tanah yang terbentuk terutama dalam hal morfologi, kimiafi, fisik dam biologinya.
Darmawijaya (1990) mendefinisikan tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagain besar permukaan palnet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.sebenarnya banyak faktor pembentuk tanah tetapi yang terpenting selain iklim adalah, organisme, bahan induk, dan waktu juga faktor relief (topografi), serta faktor lain seperti gravitasi, gempa bumi, dan lain-lain. Sehingga, hubungan antara tanah dengan faktor pembentuk tanah ditulis T= f (i, o, r, b, w).
Lima faktor yang mengontrol pembentukan dan perkembangan tanah (Jenny,1941), yaitu: bahan induk (parent material = p), iklim (climate = cl), organisme (organisms = o), relief (relief = r) dan waktu (time = t), sehingga Soil (s) = f(p,cl,o,r,t).  Dalam kenyataannya ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Iklim dan organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk adalah faktor pasif. Dalam hal satu faktor yang berubah, sementara yang lain tetap disebut :lithosequence, jika yang berubah hanya bahan induk,climosequence, jika yang berubah hanya  iklim, biosequence, jika yang berubah hanya organisme
toposequence, jika yang berubah hanya  relief, chronosequence, jika yang berubah hanya waktu.
Bahan Induk Tanah
Tanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami fragmentasi dan proses pelapukan (fragmented rock material). Fragmented rock material dapat tetap di atas bedrock asal sebagai bahan yang relatif tidak padu (uncosolidated material) atau  in situ, tapi kebanyakan telah tererosi dan ditransportasikan baik oleh air, angin, es atau gravitasi ke lain tempat membentuk deposit (debris mantles). Bahan-bahan deposit tak padu inilah (bukan solid bedrock) yang umumnya disebut sebagai bahan induk tanah (soil parent materials). Tanah bersama dengan debris atau bedrock yang terlapuk di bawahnya disebut sebagai regolith (Mulyadi,2007).
Oleh karena batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan,  komposisi mineral dari tanah,  dan kesuburan kimia tanah. Konsolidasi dan ukuran partikel bahan induk juga berpengaruh atas permeabilitas air.


Iklim
Tanah bervariasi bergantung dari iklim. Suhu dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). Sedangkan angin mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah, intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah. Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi kimia dan tipe vegetasi.
Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinteraksi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah. (Hardjowigeno,2003).
Pengaruh langsung suhu dan curah hujan
Air merupakan komponen yang sangat penting dalam semua proses pelapukan kimia dan fisika. Input curah hujan ke dalam tanah mempunyai pengaruh yang besar atas perkembangan tanah melalui pelapukan dan pelindian dari produk pelapukan. Laju pelapukan juga secara kuat bergantung kepada suhu. Setiap kenaikan 10oC, laju reaksi kimia dalam pelapukan akan meningkat 2 atau 3 kali.
Pengaruh tidak langsung
Biasanya dijumpai hubungan yang kuat antara iklim dan kandungan humus tanah, oleh karena pengaruh dari iklim atas produksi biomas dan laju dekomposisi seresah tanaman dan bahan organik tanah lainnya. Curah hujan akan mempengaruhi produktifitas vegetasi. Suhu berpengaruh atas laju dekomposisi bahan organik, sehingga sehingga kandungan humus yang tinggi biasanya ditemukan pada daerah iklim lembab dan sejuk. Iklim panas, baik kering maupun lembab cenderung menyebabkan kandungan humus yang rendah (Qkyky,2011).

Organisme
Dengan berbagai macam cara. Penyebaran flora dan fauna tergantung sebagian besar kepada iklim, topografi, dan pengaruh bahan induk  pengaruh organisme sulit dipisahkan dari pengaruh lainnya.Tetapi, pengaruh vegetasi tampak dalam perbedaan bahan organik antara hutan dan padang rumput. Pada hutan, input BO terbanyak pada permukaan tanah (mor humus), sedang pada rumput, penambahan BO juga terjadi pada tanah bawah dan tercampur dengan bahan mineral tanah (mull humus) oleh aktifitas fauna tanah.
Waktu
Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama (Retnoristia,2010).












BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Profil tanah tersusun atas horizon-horizon. Terdiri atas horizon : O,A,B,C, dan R. setiap horizon tanah memiliki cirri-ciri yang berbeda-beda :
Horizon O : kejelasan tanah berangsur, dan susunan tanah rata
Horizon A : kejelasan tanah nya nyata <2,5cm. dan susunan tanah nya rata.
Horizon B : kejelasan nya berangsur, dan topografi nya berombak.
Horizon C : kejelasan nya berangsur, dan susunan topografi nya tidak rata
Horizon R : kejelasan tanah berangsur, dan topografi tanah tidak rata.
B.     Saran
               Dalam melakukan praktikum di harapkan hati-hati dalam setiap percobaan, dan di utamakan teliti dalam pengamatan.











DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Buckman, O. Harry, Brady, C. Nyle, 1982, Ilmu tanah, Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Foth, H.D.dan L.N.Turk, 1999, Fundamentals Of Soil Science, Fifth Ed. John Waley & sons, New York.

Hakim, N.M.Y. Nyakta., A.M.Lubis, S.G.Nugroho, M.R.Saul, M.A.Diha, G.B.Hong, H.H.Bayle. 1982. Dasar-dasar Ilmu tanah. Penerbit Universitas lampung, Lampung.

Hardjowigeno, Prof. Dr. Ir. H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo, Jakarta.

Ibrahim, Haridji Asmadi. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPT INTIM, Ujung Pandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar